Peneliti: Saham BBRI Dinilai Layak Dikoleksi Seiring Prospek Holding Ultra Mikro
BusinessNews Indonesia – Seiring dengan pemebentukan holding tiga perusahaan yang bergerak di micro finanching, yakni BRI, Pegadaian dan Permodalan Nasional Madani (PNM) menjadi Ultra Mikro (UMi), sejumlah pengamat dan peneliti menilai saham BBRI layak dikoleksi.
Hal itu diungkapkan peneliti Head of Research PT Samuel Sekuritas Indonesia Suria Dharma bahwa saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) layak dikoleksi seiring dengan kehadiran dan prospek dari holding BUMN Ultra Mikro (UMi) yang diperkirakan akan membuat saham BBRI semakin solid.
Investor dinilainya tertarik akan kinerja fundamental ketiga perseroan yang memang kokoh, bahkan sebelum holding terbentuk. Setelah holding, biaya dana atau cost of fund akan bisa ditekan menjadi lebih rendah karena ketiga perusahaan kini menjadi satu ekosistem. Dengan demikian, lanjutnya, kemungkinan laba bersih konsolidasian BRI akan meningkat sebagai induknya.
“Investor melihat kinerja fundamental yang positif tersebut. Jadi kinerja itu akan tetap baik. Jadi saya pikir secara jangka panjang masih cukup optimistis dengan saham BRI karena beberapa kelebihannya yang tidak dimiliki oleh bank lain,” ujar Suria dalam keterangan di Jakarta, Minggu, (05/09/2021).
Hal yang sama juga dinilai oleh analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada berpendapat investor memiliki keyakinan terhadap prospek bisnis holding BUMN UMi di mana BRI berperan sebagai induk memperkuat ekosistem usaha UMi bersama Pegadaian dan Permodalan Nasional Madani (PNM).
Hal itu memberikan kepastian prospek bisnis jangka panjang kepada investor dan membuat saham BBRI semakin layak dikoleksi. Bahkan dia menjamin harga saham BBRI saat ini tergolong rendah jika dibandingkan dengan potensi bisnis yang sangat besar.
“Bagaimana pun, kinerja historis dan prospeknya ini sangat besar dan lebih pasti. Holding Ultra Mikro pun akan menambah optimisme investor untuk terus mengapresiasi saham BBRI lebih lanjut. Apalagi harga saham Bank BRI saat ini masih dalam kondisi yang tergolong murah. Potensi peningkatan harganya juga sangat tinggi,” ujar Reza.
Dalam kesempatan terpisah, Direktur Utama BRI Sunarso menjabarkan potensi besar di pasar segmen usaha UMi nasional. Dari data yang dimiliki perseroan, jumlah usaha ultra mikro yang membutuhkan pendanaan tambahan mencapai 45 juta nasabah.
Dari jumlah itu, yang sudah tersentuh lembaga keuangan formal baru sekitar 15 juta nasabah. Rinciannya, bank sekitar 3 juta nasabah, gadai mencapai 3 juta nasabah, group lending 6 juta nasabah, BPR 1,5 juta nasabah, dan 1,5 juta nasabah dilayani fintech.
Baca juga: Kontroversi “Childfree”, BKKBN: Tidak Punya Anak Bukan Berarti Bebas Risiko
Adapun sekitar 30 juta nasabah yang belum tersentuh jasa layanan keuangan formal, sekitar 5 juta di antaranya memanfaatkan rentenir. Sekitar 7 juta pinjam ke kerabat, dan sisanya 18 juta belum terlayani sama sekali.
Baca juga: Perkuat Literasi Keuangan, BSI Kenalkan Perbankan Syariah ke Mahasiswa Unpad
“Pertumbuhan baru sudah kita tetapkan. Karena kita kembali di DNA kita, kita akan tetap fokus di UMKM. Strateginya, pertama, nasabah yang exisisting kita naik kelaskan. Kedua, kita cari yang lebih kecil dari mikro, go smaller dengan menyasar ke ultra mikro. Membuat pinjaman dengan-tenor yang lebih pendek, go shorter. Dan karena prosesnya didigitalkan, maka prosesnya lebih cepat go faster, dan kemudian biaya juga akan semakin murah go cheaper,” ujar Sunarso lugas dalam acara CEO Talk yang diselenggarakan oleh BRI Corporate University. (Ed.AS/businessnews.co.id/AN).
Baca juga: Hary/Leani Sumbang Emas Kedua bagi Indonesia di Paralimpiade Tokyo
Baca juga: Bank Mandiri Kembali Akan Salurkan Bantuan Subsidi Gaji
Baca juga: Garap Potensi 30 Juta Calon Nasabah, Sunarso: UMKM adalah DNA Kita
Baca juga: Maybank Indonesia Luncurkan Solusi Keuangan Smart dan Fleksibel Maybank Tabungan U & U iB
Comments are closed.