Jakarta, Businessnews.co.id – Puncak peringatan HUT ke-60 Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI) digelar di Jakarta, Rabu (31/8/2022). Kegiatan tersebut dihadiri Ketua Umum PWRI Prapto Hadi, SH, MM, Sekjen H. Djoko Sidik Pramono, mantan Menteri di era Presiden Soeharto Haryono Suyono, mantan Mendikbud Wardiman, serta pengurus dan anggota PWRI di seluruh daerah.
Puncak peringatan juga dirangkai dengan peluncuran digitalisasi koperasi PWRI.
Ketua PWRI Prapto Hadi mengungkapkan, PWRI kini sudah berusia 60 tahun. PWRI yang dibentuk pada 1962 di Jogyakarta punya histori luar biasa. Saat itu, semua rakyat bersatu ketika dicanangkan Dwikora di Jogjakarta.
“Bersatu untuk mempertahankan NKRI. Waktu itu Irian Barat masih dijajah Belanda. Banyak dari kita dikirim ke Irian Barat. Ada yang menjadi guru menjadi relawan di sana. Mempertahankan supaya Irian Barat kembali ke Indonesia,” ujarnya kepada wartawan di sela puncak peringatan HUT ke-60 PWRI di Jakarta, Rabu (31/8/2022).
“Dan momen itu juga menjadikan kita komponen bangsa dan masyarakat,” tambahnya.
Prapto menuturkan, puncak peringatan hari jadi PWRI juga dirangkai dengan peluncuran digitalisasi koperasi di era milenial. Digitalisasi, sambungnya, memang mutlak diperlukan, karena siapa cepat akan dapat.
“Dengan bisnis digital kita nggak akan ketinggalan. Harga lebih murah cepat sampai. Memang eranya berubah seperti itu,” tukas Prapto.
Oleh karena itu, lanjutnya, koperasi sebagai soko guru ekonomi masyarakat harus digalakkan. “Kebetulan PWRI di Jakarta sebagai pengurus pusat dan sampai ke daerah-daerah. Provinsi, kota, kabupaten, bahkan sampai ke desa-desa. Itu yang kita harapkan sehingga pembangunan merata di seluruh Indonesia. Menyentuh semua rakyat.”
Prapto mengemukakan, PWRI itu kuncinya membangun tiga generasi. Generasi sesama, para pensiunan, para wredatama. “Wreda itu artinya tumbuh berkembang, tama itu utama. Jadi setelah kita pengalaman jadi orang profesional selama 30 tahun, kita utama. Jadi panutan bangsa, panutan masyarakat. Kita mendidik anak cucu agar bermanfaat bagi nusa dan bangsa,” tandasnya.
Prapto mengutarakan bahwa tiada hari tanpa bekerja hingga akhir hayat. “Kita mengabdikan diri kepada bangsa dan negara. Dengan berbagai kemnadirian, kemampuan, karena di seluruh pelosok ada pensiunan. Pensiunan tidak berarti berhenti bekerja. Kita bekerja sampai akhir hayat. Itu motto kita,” tandasnya.
Sementara, Sekjen PWRI H. Djoko Sidik Pramono menambahkan uraian Ketua Umum PWRI bahwa sebelum puncak peringatan HUT ke-60 PWRI, pengurus dan anggota PWRI di provinsi dan kabupaten juga menyelenggarakan peringatan HUT PWRI. Seperti di Jogjakarta, Sulawesi, Kalimantan, dan lain-lain.
“Sesudah ini diharapkan kita tidak lagi berulang tahun, tapi kita bekerja dalam meningkatkan kesehatan, kemandirian, dan kesejahteraan bagi masyarakat. Jadi ada tiga hal seperti disampaikan ketua umum, bahwa PWRI sudah tua-tua, kesehatan ini yang perlu mendapatkan perhatian kita,” paparnya.
Oleh karena itu, sambung Djoko, pihaknya mengimbau teman-teman di daerah dalam membuat program kerja, kesehatan yang diutamakan.
“Kemudian, kaitan dengan kemandirian, PWRI kalau bisa dibuat organisasi mandiri, di tingkat pusat, provinsi, kota, kabupaten, sampai ke desa. Apakah melalui koperasi atau usaha produktif lainnya. Dan endingnya kesejahteraan bagi masyarakat,” tegasnya.(Wn)
Comments are closed.