SIG Jawab Tantangan Pasar Melalui Transformasi Digital

BusinessNews Indonesia – Kondisi industri per-semen-an di Indonesia saat ini sudah sangat kompetitif. Hadirnya pemain-pemain baru membuat persaingan industri semen dalam negeri semakin kuat, dibutuhkan strategi-strategi jitu untuk memenangkan pasar.

Begitu juga dengan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG), yang telah meredefinisikan bisnisnya, dari perusahaan per-semen-an, kini bertransformasi menjadi perusahaan penyedia solusi bahan bangunan. Selain mengembangkan cara beroperasi yang ramah lingkungan.

SIG terus berinovasi menciptakan berbagai layanan digital yang mendukung prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.

Majalah BusinessNews Indonesia, akhir bulan lalu berkesempatan bincang santai dengan Direktur Pemasaran dan Supply Chain SIG, Adi Munandir via daring (zoom), membicarakan transformasi digital yang dijalankan SIG.

Pria kelahiran Sukabumi, 10 Juli 1981 ini mengatakan bahwa percaturan bisnis semen di Indonesia saat ini sungguh penuh tantangan. Baik di dalam dan luar negeri. Internal maupun eksternal. Sehingga diperlukan strategi dan inovasi yang mumpuni dan matang untuk menjadi pemenangnya.

Baca juga: Kunci Transformasi Human Capital SIG

Ia menuturkan bahwa tantangan di industri semen saat ini adalah over capacity. Ada sekitar 40 juta ton yang tidak terserap dipasar domestik per tahunnya. Jumlah pemain di industri semenpun terus bertambah, di mana saat ini sudah ada 18 pemain. Bahkan mayoritas pemain terafiliasi dengan pemain industri semen global.

Nah, menyadari kompetisi industri semen di Indonesia saat ini yang sangat kompetitif, SIG melakukan transformasi dengan melahirkan visi baru dari yang dulunya perusahaan per-semen-an menjadi perusahaan penyedia solusi bahan bangunan yang terkemuka di regional.

Adi Munandir saat menerima penghargaan sebagai The Bes CMO 2020 dari Majalah BusinessNews Indonesia.

Baca Juga : Digitalisasi Pembangunan, Platform SobatBangun SIG Jadi Andalan

Dengan mengusung semangat Go Beyond Next, semangat baru yang diterapkan SIG ke dalam seluruh aktivitas bisnis, semangat untuk terus bersinergi dan berinovasi.

SIG yakin ke depan akan mencapai pertumbuhan yang lebih baik. Semen bukan lagi sebagai komoditas utama, SIG  menambahkan kunci sukses yakni added value (nilai tambah).

SIG saat ini sudah melakukan transformasi dan inovasi teknologi di internal maupun eksternal perusahaan. Di internal, SIG sudah melakukan otomatic plantoperation, seperti dilakukan di pabrik Rembang.

Ini semua bertujuan untuk menjadi cost leader. Adapun ke eksternal, SIG sudah melakukan inovasi, mulai dari perubahan produk, bisnis proses, sampai pada bisnis model.  

Dari sisi produk misalnya, SIG sudah melakukan produk redefinition. Melakukan penataan ulang terhadap semua produk dimulai dengan memahami kebutuhan pasar.

Saat ini kebutuhan pasar kita pasok melalui pabrik terdekat dari lokasi, di Pulau Sumatera kebutuhan pasar dipasok oleh Semen Andalas dan Semen Padang, di Pulau Jawa ada Semen Gresik dan Dynamix. Sedangkan di Indonesia Timur ada Semen Tonasa.

Bagaimana memahami What business are we in? Inilah pertanyaan mendasar yang harus dijawab sebelum SIG memulai digitalisasi di bidang marketing dan sales.  

Setelah mempelajari secara mendalam tentang proses, produk, sampai pada market, juga bagaimana impact-nya pada masyarakat, dan seterusnya, maka jawaban dari pertanyaan what business are we in? adalah Our business is empowerment.

Diharapkan dengan adanya bisnis SIG di wilayah tersebut, maka sudah semestinya kondisi masyarakatnya semakin baik dari sisi ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan lingkungannya.

Dari sisi penjualan, SIG juga sangat sadar bahwa pasar Indonesia itu tidak homogen, melainkan plural. Bukan hanya dua: jawa dan non jawa, tapi banyak. Ada sekitar 97 unit market. Dan SIG punya lebih dari 80 produk protofolio di bidang semen dan ready mix yang dipasarkan di seluruh Indonesia.

SIG telah menginisiasi terbentuknya mega distributor. SIG bertindak sebagai distributor yang melakukan pendistribusian untuk semua produk dan brand di seluruh Indonesia. Dengan demikian, perusahaan bisa mengoptimalisasi pengiriman, terutama dengan sistem foot print yang tentunya sangat efisien.

Dibantu juga dengan adanya single supply, dalam artian produk dari pabrik yang ada di Jawa Timur tidak harus mengirim ke Jawa Barat. Bisnis model inilah yang kita sebut sebagai sinergi brand di SIG.

Baca Juga: Dorong Semangat Go Beyond Next, SIG Terapkan Transformasi Human Capital di Era Digital

(ed.AS/businessnews.co.id).

Comments are closed.