OJK Catat Nilai Restrukturisasi Kredit di bawah Rp 800 Triliun
Jakarta, BusinessNews Indonesia – Per April 2021, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat nilai restrukturisasi kredit sudah berada di bawah Rp 800 triliun. Seperti diketahui, sejak awal 2021 nilai restrukturisasi terus mengalami penurunan.
Wimboh Santoso, Ketua Dewan Komisioner OJK, menuturkan bahwa pihaknya mengatakan terus mengidentifikasi sektor bisnis yang masih tertekan pandemi Covid-19.
“Restrukturisasi kredit perbankan yang sebelumnya di angka Rp 900 triliun saat ini sudah di bawah Rp 800 triliun.” Tuturnya dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi XI DPR, dikutip dari Republika (15/6).
Baca juga: BRI Targetkan Penyaluran Kredit UMKM Hingga 85 Persen
Adapun rinciannya yaitu restrukturisasi kredit perbankan Rp 775,32 triliun yang berasal dari 5,29 juta debitur. Sementara itu, restrukturisasi kredit UMKM sebesar Rp 299,15 triliun yang terdiri dari 3,71 juta debitur. Sedangkan restrukturisasi kredit non UMKM sebesar Rp 476,16 triliun yang terdiri dari 1,58 juta debitur.
Sektor real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan menjadi sektor dengan porsi restrukturisasi paling besar mencapai 28,63 persen. Diikuti perdagangan besar dan eceran sebesar 20,54 persen dan konstruksi sebesar 18,59 persen. Sedangkan sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi sebesar 14,53 persen.
“Ini sudah Rp 775,32 triliun. Artinya yang tadinya Rp 900 triliun sebagian sudah menjadi normal. Tapi memang tidak semuanya, ada yang berat.” imbuhnya.
Dalam penjelasannya, Wimboh menyebutkan bahwa sektor-sektor yang masih terdampak berat adalah sektor yang sangat bergantung dari mobilitas yang lambat atau mungkin tidak bergerak sama sekali. Sektor tersebut adalah yang terkait dengan pariwisata mancanegara.
Sektor tersebut, imbuhnya, bukan konsumsi turis domestik karena memiliki segmen tersendiri. Sehingga, memiliki potensi menjadi zombi company.
Baca juga: BRI Kejar Porsi Kredit Mikro Hingga 45% pada 2025
“Kami identifikasi terus sektor-sektor itu dan player-nya. Sektor itu dan player-nya sekarang hanya bagaimana sekedar bisa bertahan. Dan jangan diharapkan sektor itu bisa menyerap kredit yang cukup besar karena memang tidak perlu.” pungkasnya. (W/ZA)
Comments are closed.