Intelligent Risk Governance, Senjata SKK Migas Hadapi Transisi Energi
BusinessNews Indonesia – Di tengah derasnya arus transisi energi global, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menegaskan pentingnya penerapan Intelligent Risk Governance sebagai strategi kunci untuk menjaga ketahanan energi nasional sekaligus menjawab tuntutan keberlanjutan.
Hal ini disampaikan oleh Haryo Sentanu selaku Spesialis Madya Pengawas Internal SKK Migas, yang menjadi satu pembicara dengan tema “Unlocking Corporate Value Through Intelligent Risk Governance in Oil & Gas Industries” dalam acara Workshop, Seminar, dan Exclusive Demo bertajuk GRC & BJR in UU BUMN 2025: Enabling Strategic Intelligence through AI yang digelar pada 22–23 Agustus 2025 di Hotel The Tribrata Dharmawangsa, Jakarta.
Menurut Haryo, industri hulu migas saat ini menghadapi tantangan berlapis mulai dari volatilitas harga energi, dinamika geopolitik, hingga desakan dekarbonisasi. Dalam situasi seperti ini, tata kelola risiko yang cerdas bukan lagi sekadar instrumen kepatuhan, melainkan senjata strategis untuk memastikan keberlanjutan operasi migas.
“Di era transisi energi, risiko semakin dinamis dan kompleks. Intelligent Risk Governance adalah kunci agar SKK Migas mampu menjaga ketersediaan energi sekaligus tetap relevan dan kompetitif,” ujar Haryo.
SKK Migas telah memanfaatkan teknologi Artificial Intelligence (AI) dan Machine Learning (ML) dalam berbagai aspek pengelolaan risiko dan operasional. Salah satu inisiatif strategis adalah penerapan analisis berbasis clustering untuk menyusun regulasi insentif hulu migas. Kebijakan ini terbukti mampu mendorong investasi bernilai miliaran dolar dan mempercepat realisasi proyek eksplorasi.
Selain itu, SKK Migas juga mengembangkan sistem berbasis Large Language Model (LLM) untuk menganalisis ribuan laporan proyek hulu migas. Pendekatan ini memungkinkan identifikasi peluang tersembunyi (unseen opportunities) yang dapat mempercepat pengambilan keputusan dan mendukung peningkatan produksi nasional.
Dalam praktiknya, SKK Migas menerapkan kerangka Three Lines of Model (3LOM). Risiko dikelola pertama kali oleh pemilik risiko di lapangan, kemudian diawasi oleh fungsi manajemen risiko dan kepatuhan, serta dipastikan efektivitasnya oleh audit internal dan regulator eksternal.
Pendekatan ini memastikan bahwa baik risiko inheren maupun residual dapat dipetakan dengan jelas, sehingga langkah mitigasi dapat dilakukan secara tepat sasaran untuk menekan dampak yang berpotensi muncul.
Melalui penerapan Intelligent Risk Governance, SKK Migas menargetkan sejumlah manfaat strategis, di antaranya: mendukung pencapaian target energi nasional, memperkuat efektivitas perencanaan dan pengambilan keputusan, meningkatkan kepatuhan, reputasi, dan kepercayaan publik, menjamin keberlangsungan industri migas dalam jangka panjang.
Dalam paparannya, Haryo juga menyoroti kondisi global yang memengaruhi industri energi, mulai dari ketidakpastian geopolitik Rusia–Ukraina, perang dagang AS–Tiongkok, hingga tekanan perubahan iklim. Menurutnya, kombinasi faktor tersebut membuat pendekatan tata kelola risiko yang cerdas menjadi semakin mendesak untuk diimplementasikan di Indonesia.
Sebagai regulator dan pengelola hulu migas, SKK Migas menegaskan bahwa penerapan Intelligent Risk Governance bukan hanya untuk meredam risiko, tetapi juga untuk membuka peluang baru. Dengan fondasi tata kelola risiko yang kuat, SKK Migas berharap dapat mempercepat investasi, meningkatkan efisiensi operasional, serta menjaga keberlangsungan energi nasional di tengah tuntutan transisi menuju energi bersih.
Comments are closed.