AI, GRC, dan BJR: Pilar Transformasi Keputusan Strategis

BusinessNews Indonesia – Di tengah dinamika dunia bisnis yang bergerak semakin cepat, perusahaan dihadapkan pada tantangan besar berupa perubahan regulasi, risiko pasar yang kian kompleks, serta tekanan kompetisi dari berbagai arah. Agar tetap relevan dan berdaya saing, organisasi dituntut mampu mengambil keputusan yang tidak hanya cepat, tetapi juga akurat, akuntabel, dan berkelanjutan. Dalam konteks inilah kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) hadir, bukan sekadar sebagai teknologi pintar, melainkan sebagai pilar transformasi yang memperkuat kerangka Governance, Risk, and Compliance (GRC) serta prinsip Business Judgment Rule (BJR) dalam pengambilan keputusan modern.

Pesan tersebut menjadi sorotan utama dalam Workshop dan Demo Eksklusif Workshop, Seminar, dan Exclusive Demo bertajuk “GRC & BJR in UU BUMN 2025: Enabling Strategic Intelligence Through AI” yang berlangsung di Hotel The Tribrata Dharmawangsa, Jakarta, Sabtu (22/8). Acara ini menghadirkan pengalaman langsung bagaimana AI dapat mendukung perusahaan dalam merumuskan keputusan strategis.

Dalam sesi bertajuk “Strategic Intelligence with Legal Prudence: Aligning AI Solutions with GRC and BJR Doctrine”, Doni Muhardiansyah, Ketua Umum Forum Manajemen Risiko BUMN (2018–2024) sekaligus Senior Advisor GRC, menegaskan bahwa AI kini menjadi partner strategis bagi para pengambil keputusan. Ia menyebut bahwa AI mampu membaca pola tersembunyi dari data, mengantisipasi risiko sejak dini, sekaligus merumuskan strategi yang lebih kuat dan bertanggung jawab. Menurutnya, sinergi antara AI, GRC, dan BJR akan melahirkan tata kelola perusahaan yang lebih adaptif, transparan, dan etis.

Menariknya, peserta workshop tidak hanya mendapatkan pemahaman teoretis, tetapi juga menyaksikan demo langsung teknologi AI yang memang dirancang untuk mendukung implementasi GRC dan BJR. Dalam simulasi tersebut, tampak bagaimana AI bekerja mulai dari mendeteksi risiko sejak dini, memberi peringatan atas potensi pelanggaran tata kelola, hingga menyajikan rekomendasi berbasis data lengkap dengan visualisasi dampak risiko secara real-time. Beberapa peserta bahkan mencoba sendiri simulasi pengambilan keputusan berbasis data dan merasakan bagaimana proses yang biasanya memakan waktu panjang dapat dipangkas menjadi lebih cepat, efisien, dan akuntabel.

Meski demikian, Doni mengingatkan bahwa kekuatan AI tidak akan memberikan hasil optimal jika tidak dibarengi dengan perubahan budaya organisasi. Transformasi digital sejati, menurutnya, bukan sekadar soal adopsi teknologi, tetapi juga pembentukan budaya pengambilan keputusan yang transparan, akuntabel, dan etis. Karena itu, ia menekankan pentingnya pelatihan berkelanjutan, pembiasaan prinsip BJR, serta penguatan GRC di semua level organisasi, mulai dari manajemen puncak hingga tim operasional.

Workshop ini juga menjadi bukti nyata bagaimana kolaborasi lintas sektor dapat melahirkan dampak besar. BusinessNews Indonesia sebagai media bisnis berkolaborasi dengan Nebula dan Volantis, dua perusahaan teknologi terkemuka, untuk menghadirkan pengalaman langsung mengenai manfaat penerapan AI dalam tata kelola perusahaan.

Menutup sesinya, Doni menyampaikan harapan agar penerapan prinsip BJR-GRC yang ditopang oleh AI dapat segera menjadi praktik umum di lingkungan BUMN maupun korporasi swasta di Indonesia. Ia menegaskan bahwa perusahaan membutuhkan kerangka kerja yang cerdas, adaptif, dan berakar pada etika serta hukum. “AI bukan sekadar tren, tapi alat penting untuk menjaga keberlanjutan bisnis,” ujarnya.

Comments are closed.