NCC 2024

Erick Thohir : EUA Booster Vaksin Sinopharm Sudah Dikeluarkan BPOM

Businessnews Indonesia – Vaksin Sinopharm telah mendapatkan Emergency Use Authorization (EUA) atau persetujuan darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sebagai vaksin dosis lanjutan atau booster homolog untuk dewasa 18 tahun ke atas. Dengan demikian, masyarakat yang telah mendapat vaksin Sinopharm dosis primer lengkap sekurang-kurangnya 6 bulan, sudah bisa menerima vaksin booster produksi Beijing Bio-Institute Biological ini.

Menteri BUMN, Erick Thohir menyambut gembira dengan telah diterbitkannya EUA Vaksin Sinopharm untuk dosis penguat atau booster tersebut.

“Alhamdulillah, EUA dosis lanjutan atau booster untuk Vaksin Sinopharm telah dikeluarkan oleh Badan POM. Saya juga bersyukur sertifikat vaksin Sinopharm sudah tersedia di Peduli Lindungi,” ujar Erick pada Rabu (16/2/2022).

Direktur Utama PT Kimia Farma (Persero), Verdi Budidarmo menyampaikan, vaksin lanjutan atau booster Sinopharm ini hadir untuk membantu percepatan program vaksinasi yang telah dicanangkan pemerintah. Verdi menyebut sertifikat untuk vaksin dosis lanjutan atau booster bisa diakses di Peduli Lindungi. 

“Untuk pelaksanaan vaksinasi dosis lanjutan atau booster dengan Vaksin Sinopharm tersebut, 350 Klinik Kimia Farma yang tersebar di seluruh Indonesia sudah siap melaksanakan vaksinasi lanjutan atau booster dengan vaksin Sinopharm,” ucap Verdi.

Badan POM sendiri telah melakukan evaluasi terhadap aspek khasiat dan keamanan mengacu pada standar evaluasi vaksin Covid-19 untuk vaksin Sinopharm sebagai dosis booster homolog untuk dewasa 18 tahun ke atas. Vaksin Sinopharm sebagai booster umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Frekuensi, jenis, dan keparahan reaksi sampingan atau kejadian yang tidak diharapkan (KTD) setelah pemberian booster lebih rendah dibandingkan saat pemberian dosis primer. 

Adapun KTD yang sering terjadi merupakan reaksi lokal seperti nyeri di tempat suntikan, pembengkakan, dan kemerahan serta reaksi sistemik seperti sakit kepala, kelelahan, dan nyeri otot, dengan tingkat keparahan grade satu hingga dua.

Dilihat dari aspek imunogenisitas, peningkatan respons imun humoral untuk parameter pengukuran antibodi netralisasi dan anti IgG masing-masing sebesar 8,4 kali dan 8 kali lipat dibandingkan sebelum pemberian booster. Respons imun setelah pemberian booster ini lebih tinggi dibandingkan respons imun yang dihasilkan pada saat vaksinasi primer. (AFZ)

Baca juga : Antisipasi Stunting, Bulog Sosialisasikan Beras Fortivit di Sulut

Comments are closed.