Jokowi Bukan Hanya Larang Ekspor Bauksit di 2022, Tapi ini Juga!
BusinessNews Indonesia – Pada tahun 2020 lalu Indonesia telah berhenti melakukan ekspor bahan mentah nikel. Setelah nikel, kini Presiden Joko Widodo (Jokowi) mulai bersiap untuk melakukan pelarangan ekspor bauksit.
Hal itu diungkapkan Jokowi dalam sambutannya pada acara peresmian pabrik smelter nikel milik PT Gunbuster Nikel Indonesia (GNI) di Kabupaten Konawe, Senin (27/12).
Jokowi memberikan sinyal, bahwa ekspor bahan mentah bauksit bakal dilarang mulai akhir tahun 2022. Bahkan bukan hanya bauksit, beragam komoditas mineral lainnya juga bakal dilarang ekspor beberapa tahun ke depan.
“Berkali-kali saya sampaikan setop ekspor nikel. Tahun depan akhir, saya sudah berikan pemanasan terlebih dahulu, setop bahan mentah bauksit. Tahun depannya lagi, setop lagi untuk minerba lainnya,” ungkap Jokowi.
Baca Juga : Jokowi Nilai Pelayanan Publik Sebagai Bukti Nyata Kehadiran Negara
Jokowi berpendapat, dengan pelarangan ekspor bahan mentah, Indonesia akan lebih mendapatkan manfaat. Hal itu adalah berkembangnya industri di dalam negeri dengan cepat.
“Akhirnya yang kita dapatkan apa? Industri dalam negeri berkembang dengan cepat, hilirisasi berkembang cepat, karena tidak ada pilihan yang ingin mengambil dan membeli bahan mentah. Tidak ada lagi,” ungkap Jokowi.
Selain itu, Jokowi pun mengingatkan bagi investor maupun pihak dari luar negeri yang membutuhkan komoditas mineral Indonesia kini wajib mendirikan industri terlebih dahulu. Buat komoditas mineral memiliki nilai tambah, baru lah diekspor.
“Artinya mau tidak mau harus dirikan industri di tanah air, jadi kita tidak ekspor lagi bahan mentah yang sudah berpuluh-puluh dilakukan tanpa ada nilai tambah besar kepada negara,” ungkap Jokowi.
Baca Juga : Presiden Jokowi Terima Kunjungan Ketua Umum PBNU
Adapun pabrik smelter yang hari ini diresmikan Jokowi akan mengubah nikel menjadi komoditas feronikel, komoditas ini memiliki nilai tambah 14 kali lebih banyak daripada nikel mentah. Pabrik ini memiliki kapasitas produksi hingga 1,8 juta ton per tahun. (TN)
Comments are closed.