Kisah Penuh Hikmah: Pertemuan Menginspirasi Nabi Musa dan Nabi Khidir
JAKARTA, businessnews.co.id – Nabi dan Rasul adalah para utusan Allah SWT untuk menyebarkan ajaran Islam. Jumlah Nabi ada 124.000 orang dan di antara mereka ada para Rasul sebanyak 315 orang. Namun, jumlah Nabi yang wajib diketahui ada 25 orang,
Di antara para Nabi, terdapat kisah menarik tentang pertemuan antara dua nabi besar, Musa dan Khidir. Kisah ini mengajarkan kita banyak hal tentang kesabaran dan belajar dari kebijaksanaan Allah
Kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir Dirangkum dari buku Kisah Para Nabi karya Ibnu Katsir, nama lengkap Nabi Musa AS yaitu Musa bin Qahits bin Azir bin Lawi bin Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim. Nabi Musa AS lahir dari kalangan Bani Israil. Ketika beliau lahir, Bani Israil dikuasai oleh raja yang sangat zalim dan kejam yang bernama Raja Fir’aun.
Setelah Nabi Musa AS dan kaum Bani Israil selamat dari Fir’aun, Nabi Musa AS berpidato di hadapan mereka. Nabi Musa AS mengingatkan mereka atas nikmat-nikmat Allah SWT yang telah menyelamatkan dari kejaran Fir’aun, ungkap Mahmud asy-Syafrowi dalam buku Khidir As Nabi Misterius, Penguasa Samudra yang Berjalan Secepat Kilat. Nabi Musa AS berrpidato dengan sangat fasih dan semangat. Beliau berkata, “Sungguh Allah telah berdialog langsung dengan nabi kalian, Dia telah memilihku untuk Diri-Nya, dan Dia telah menjadikanku sebagai kekasih-Nya. Allah telah memberi kalian apa yang kalian minta. Maka, nabi kalian adalah manusia yang paling utama di muka bumi, sedangkan kalian semua telah membaca kitab Taurat.”
Setelah selesai berpidato dan beranjak pergi, Nabi Musa AS diikuti oleh seorang lelaki dari umatnya. Lelaki itu bertanya, “Wahai Nabi Allah, sungguh kami telah mengetahui apa yang telah engkau katakan. Lalu, adakah di muka bumi ini orang yang kiranya lebih alim dan lebih berpengetahuan dibandingkan dengan dirimu?” Nabi Musa AS menjawab, “Tidak. Tak ada seorang yang lebih mengetahui Allah dan perintah-Nya daripadaku.” Beliau bergumam dalam hatinya dan menunjukkan kesombongan. Nabi Musa AS juga tidak mengembalikan ilmu itu kepada Allah SWT. Hal tersebut mendapat celaan dari Allah SWT.
Untuk menegur, menyadarkan, dan menunjukkan kelemahan Nabi Musa AS, Allah SWT Allah kemudian mengarahkan Musa untuk belajar dari Khidir, seorang hamba yang diberkahi dengan pemahaman mendalam tentang kebijaksanaan-Nya. Nabi Musa AS bertanya kepada Allah SWT dimana dia dapat menemui hamba tersebut. Allah SWT memberikan wahyu padanya, “Pergilah ke lautan, bawalah serta seekor ikan yang telah mati di dalam sebuah keranjang selama masa pencarianmu, dan ketahuilah di mana kamu mendapati ikan itu tidak ada dalam keranjang. Di situlah tempat bertemunya dua lautan (majma’al bahrain), dan di situ pula tempat hamba yang saleh dan alim itu berada.”
Dalam buku Menguak Misteri Nabi Khidir karya Muhyiddin Abdul Hamid, Nabi Musa AS kemudian berangkat bersama muridnya mencari tempat yang ditunjukkan oleh Allah SWT kepadanya. Setelah lama mencari, mereka heran karena ikan yang dibawa telah melepaskan diri. Kemudian Nabi Musa AS bertemu dengan Nabi Khidir AS ketika ia berhenti di sebuah batu besar.
Nabi Musa AS menyampaikan maksud tujuannya bertemu dengan Nabi Khidir AS. Kemudian Nabi Khidir mengatakan, “Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku. Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu.” (QS Al Kahfi ayat 67-68) Nabi Musa AS pun menjawabnya bahwa ia akan sabar. Kemudian Nabi Musa AS dan Nabi Khidir AS berjalan menelusuri pantai dan menumpang sebuah bahtera. Ketika mereka di bahtera tersebut, Nabi Musa AS heran karena Nabi Khidir AS mencabut sebagian papan bahtera. Padahal mereka menumpang secara cuma-cuma.
Kemudian Nabi Khidir berkata, “Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku.” Kemudian, mereka keluar dari bahtera dan berjalan di tepi pantai. Nabi Khidir AS melihat seorang anak laki-laki yang sedang bermain bersama anak-anak yang lain. Nabi Khidir AS kemudian memegang dan melepaskan kepala anak kecil itu hingga ia mati. Nabi Musa AS kembali bertanya mengapa Nabi Khidir AS membunuh jiwa yang bersih. Nabi Khidir AS berkata, “Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku.” Nabi Musa AS berkata, “Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini, maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur kepadaku.”
Kemudian Nabi Musa AS dan Nabi Khidir AS berjalan hingga sampai di sebuah negeri. Mereka minta dijamu oleh penduduk negeri tersebut, namun penduduk tersebut tidak ingin menjamu mereka. Melihat dinding rumah yang hampir roboh, Nabi Khidir AS menegakan dinding itu. Nabi Musa AS berkata, “Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu.” Nabi Khidir AS berkata, “Inilah perpisahan antara aku dengan kamu. Aku akan memberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.” Al-Hasan Al-Bashry berkata, “Sesungguhnya harta yang tersimpan di bawah dinding tersebut (yang terdapat pada kisah Khidir) adalah berupa papan yang terbuat dair emas dan terdapat tulisan ‘Bismillahirrahmaanirrahiim’. Aku heran terhadap orang yang beriman dengan qadar, mengapa ia merasa sedih? Dan aku juga heran terhadap orang yang beriman dengan adanya kematian, mengapa merasa bangga? Dan aku merasa heran terhadap orang yang mengenal dunia dan perubahan apa yang di atasnya, bagaimana ia merasa tenang dengan dunia tersebut? Tidak ada Tuhan yang patut disembah melainkan Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah.”
Kisah ini mengajarkan kita bahwa terkadang kita harus belajar untuk bersabar dan tidak selalu bisa memahami segalanya dengan cepat. Ada kebijaksanaan yang mungkin tidak kita lihat pada awalnya, tapi dengan waktu, kita bisa memahami dan belajar darinya.
Pertemuan antara Musa dan Khidir tetap menjadi cerita yang memberi inspirasi, mengajarkan kita tentang kesabaran, kebijaksanaan, dan betapa pentingnya untuk terus belajar dari pengalaman kita.
Comments are closed.