Bussnews.id – Sebuah foto viral menunjukkan ratusan pedagang di salah satu pasar di Salatiga Jawa Tengah, berjajar rapi. Di tengah jalan yang ditutup, para pedagang menempati lapak-lapak yang diatur berjarak dua meter satu dengan lainnya, sesuai panduan untuk mencegah penyebaran virus corona, Selasa (28/4).
Jarak aman juga berlaku untuk para pembeli. Tak hanya itu, satpol PP dan pedagang pasar juga bekerja sama mematuhi aturan protokol kesehatan di tempat publik, seperti penggunaan masker dan penyediaan handsanitizer.
Gubernur Ganjar Pranowo, Selasa (28/4), mengunggah foto para pedagang mempraktikan menjaga jarak di pasar tradisional Salatiga tersebut supaya menjadi contoh pencegahan transmisi virus corona tanpa pemberlakuan PSBB.
Sebelumnya, di media sosial miliknya, Ganjar menegaskan Jawa Tengah belum perlu menerapkan PSBB. Namun, Pemda Jateng akan memperketat penerapan protokol kesehatan di masyarakat, seperti kewajiban mengenakan masker ketika keluar rumah dan menjaga jarak aman minimal satu meter.
“Untuk pasar-pasar, mari kita tertibkan bersama, pabrik-pabrik. Semua menggunakan protokol kesehatan yang ketat. Kita akan melakukan tindakan yang lebih keras lagi untuk masyarakat bisa semuanya tertib,” ujar Ganjar.
Nasib pasar tradisional sebagai penggerak ekonomi masyarakat terutama pekerja informal menjadi salah satu pertimbangan daerah belum memilih PSBB. Ribuan pedagang, kuli angkut, tukang becak, tukang parkir, sangat menggantungkan hidupnya dari keberadaan pasar tradisional ini. Namun, aktivitas di pasar tradisional yang padat dan berdesakan berpotensi memicu penyebaran virus corona.
Ada 44 pasar tradisional di Solo yang menjadi tempat para pekerja informal mencari nafkah dari penghasilan harian. Sekretaris Daerah sekaligus juru bicara Satgas Covid-19 Solo, Ahyani, pekan lalu, menolak penerapan PSBB di Solo karena akan mematikan perekonomian yang mayoritas berbasis kerakyatan.
“Seperti yang disampaikan Wali Kota Solo, Pak Rudy, kalau Solo di PSBB nanti ya perekonomian mati. Kita tidak bisa biarkan itu. Kehidupan masyarakat di Solo kan ya dari pasar, PKL, ekonomi kecil, kerakyatan,” jelas Ahyani.
Ahyani menambahkan pemberlakuan PSBB butuh dukungan anggaran yang cukup agar kebutuhan warga terpenuhi selama tidak bisa melakukan aktivitas ekonomi. Pasalnya, PSBB bisa berlangsung lama hingga berbulan-bulan.
Comments are closed.