BusinessNews Indonesia – PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) merayakan usia ke-7 dengan memperkuat kontribusinya sebagai pemimpin dalam pengolahan dan petrokimia di bawah naungan Pertamina.
Hermansyah Y Nasroen, Corporate Secretary KPI, mengungkapkan tujuh “hadiah” atau kontribusi utama KPI kepada Indonesia, mencerminkan dedikasi perusahaan terhadap ketahanan energi nasional.
Pertama, KPI berhasil mengurangi emisi karbon sebesar 3,8 juta ton dari 2020 hingga 2024. Hal ini menjadikan KPI bagian penting dari upaya dekarbonisasi Pertamina, sejalan dengan target Bauran Energi 2030 dan visi Net Zero Emission 2060 yang dicanangkan pemerintah.
“Strategi dekarbonisasi KPI mengombinasikan teknologi canggih dan Nature Based Solution (NBS) seperti penanaman mangrove,” jelas Hermansyah pada Kamis (14/11/2024).
Kontribusi kedua adalah keterlibatan KPI dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) melalui Refinery Development Master Plan (RDMP) di Kilang Balikpapan. Proyek ini meningkatkan kapasitas kilang hingga 360.000 barel per hari, mendukung perekonomian dengan serapan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) mencapai 33,9 persen dan investasi mencapai lebih dari Rp14,8 triliun. Proyek ini menyerap hingga 26.000 tenaga kerja selama fase konstruksi.
Ketiga, KPI mendukung transisi energi dengan mengembangkan Kilang Hijau. Tahap pertama proyek di Kilang Cilacap telah menghasilkan greenfuel sebanyak 3.000 barel, termasuk Pertamina Renewable Diesel dan Sustainable Aviation Fuel. Pada tahap berikutnya, produksi ini akan ditingkatkan menjadi 6.000 barel per hari.
Selanjutnya, KPI mempersiapkan produksi bioavtur bersertifikasi ISCC. Bioavtur ini dihasilkan dari bahan baku minyak jelantah (Used Cooking Oil), di mana Kilang Cilacap telah berhasil mengembangkan bioavtur berbasis inti sawit.
Kelima, KPI telah menyalurkan bantuan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) sebesar Rp16,5 miliar sepanjang 2024. Program TJSL KPI difokuskan pada pemberdayaan masyarakat dan mendapat penghargaan nasional maupun global, seperti PROPER dan SDGs Award. Hermansyah menekankan bahwa “Prinsip TJSL kami tidak hanya fokus pada angka, tetapi juga dampak keberlanjutan.”
Keenam, KPI merayakan HUT ke-7 dengan gerakan Employee Volunteerism seperti Green Journey Challenge. Kegiatan ini berhasil mengumpulkan Rp178 juta untuk Yayasan CarbonEthics Indonesia, yang akan digunakan untuk menanam 2.000 pohon mangrove di Indramayu. Karyawan KPI juga berpartisipasi dalam berbagai kegiatan amal lainnya.
Sebagai kontribusi ketujuh, KPI berhasil mencapai total kinerja aman hingga 614.086.116 jam pada Oktober 2024. “Aspek HSSE (Health, Safety, Security, and Environment) sangat penting untuk menjaga keandalan operasi kilang,” ujar Hermansyah.
Selain berdampak positif pada sosial dan ekonomi, KPI berkomitmen pada penguatan kilang. Pada kuartal ketiga 2024, KPI memproduksi 251,5 juta barel bahan bakar minyak, non-BBM, dan produk lainnya dengan kualitas sesuai standar Euro V dan rendah sulfur.
Dengan tema “Refining Resilience” di ulang tahunnya yang ke-7, KPI menekankan kapasitas perusahaan dalam menghadapi tantangan trilema energi, yaitu ketahanan, keterjangkauan, dan keberlanjutan energi. KPI bertekad mempertahankan profitabilitas dengan prinsip keberlanjutan dan ramah lingkungan.
Fadjar Djoko Santoso, Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero), menambahkan bahwa “KPI membuktikan bahwa bisnis pengolahan Pertamina profitable dan menjadi kontributor signifikan bagi kinerja Perseroan.”
KPI juga konsisten menerapkan prinsip ESG (Environment, Social, & Governance) dan terdaftar dalam United Nations Global Compact (UNGC), menjalankan Sepuluh Prinsip Universal UNGC dalam operasionalnya. Langkah KPI ini selaras dengan komitmen Pertamina menuju Net Zero Emission 2060 dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Comments are closed.