Travel_Insurance-Jasindo

Reiner Rahardja: 2026 Tahun Ujian Bagi Investor dan Pengusaha

Jakarta, businessnews.co.id – Tahun 2026 diproyeksikan menjadi periode penuh tekanan bagi perekonomian global dan pasar keuangan. Sejumlah indikator menunjukkan meningkatnya risiko koreksi tajam di berbagai kelas aset investasi, seiring perubahan kebijakan moneter global, ketegangan geopolitik, serta kondisi likuiditas yang semakin melemah.

Dalam pemaparannya, Reiner menyampaikan bahwa memburuknya kondisi makroekonomi global akan berdampak langsung terhadap perekonomian nasional. Pelemahan nilai tukar rupiah, tekanan terhadap daya beli masyarakat, serta semakin ketatnya arus kas diperkirakan menjadi tantangan utama bagi dunia usaha, khususnya sektor UMKM yang selama ini menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia.

Secara global, terdapat sejumlah faktor utama yang berpotensi mengguncang pasar dalam kurun waktu 10 hingga 12 bulan ke depan dan memicu volatilitas pada berbagai instrumen investasi seperti emas, bitcoin, dan pasar finansial. Faktor tersebut antara lain mid-term election Amerika Serikat, penyelenggaraan Piala Dunia 2026, arah kebijakan kabinet baru The Fed, serta risiko kenaikan suku bunga Jepang yang berpotensi mengakhiri era Yen Carry Trade.

Reiner memperkirakan bahwa kenaikan suku bunga Jepang akan mendorong kembalinya aliran likuiditas global ke negara asalnya. Penurunan likuiditas ini diprediksi akan memberikan tekanan signifikan pada aset berisiko seperti saham, kripto, dan komoditas spekulatif.

Di sisi lain, Tiongkok kembali menegaskan larangan terhadap aktivitas kripto, khususnya stablecoin, yang dinilai berisiko terhadap stabilitas ekonomi dan arus keuangan domestik. Bersamaan dengan itu, muncul pula kekhawatiran terhadap potensi gelembung pada sektor kecerdasan buatan (AI). Isu ini mengemuka karena model bisnis AI dinilai belum terbukti mampu menghasilkan arus kas berkelanjutan, sementara tingkat adopsi di masyarakat dan institusi masih relatif primitif, di tengah biaya pengembangan yang dinilai sudah berada di luar batas kewajaran.

Dampaknya, berbagai aset investasi diperkirakan akan memasuki fase koreksi besar. Emas berpotensi mengalami koreksi signifikan, diikuti oleh aset logam lainnya yang lebih volatil. Penurunan indeks saham global juga diprediksi akan memicu koreksi yang lebih dalam pada aset spekulatif seperti Bitcoin, yang tidak memiliki pendapatan rutin dan lebih berbasis sentimen pasar. Dalam kondisi pasar bearish, aksi jual oleh investor institusional berpotensi memicu efek spiral penurunan yang sulit dihindari.

Dalam situasi tersebut, Reiner menilai pendekatan spekulatif akan semakin berisiko. Ia menyarankan investor untuk menahan diri dalam mengambil posisi investasi dan menunggu hingga harga aset mencapai fase koreksi optimal atau buy bottom, serta menghindari strategi buy the top.

Meski tekanan ekonomi diperkirakan meningkat, peluang bisnis dinilai masih terbuka di sejumlah sektor. Beberapa sektor yang dianggap memiliki prospek pada 2026 antara lain industri kecantikan dan kebugaran, layanan kesehatan usia lanjut (anti-aging), pendidikan anak dan remaja, serta sektor-sektor yang berbasis pada perilaku konsumsi masyarakat.

Reiner menegaskan bahwa tahun 2026 bukan sekadar tahun yang sulit, melainkan periode seleksi alam. Pelaku usaha dan investor yang mampu beradaptasi, menjaga disiplin, serta membangun fundamental pendapatan yang kuat dinilai memiliki peluang lebih besar untuk bertahan dan tumbuh di tengah siklus ekonomi yang menantang.

Comments are closed.

Slot777
Rajapkv
DivaQQ