Integritas dalam Implementasi ESGRC, Dukung Keberlangsungan Bisnis Perusahaan

BusinessNews Indonesia – Environmental, Social, and Governance (ESG) and Governance, Risk, and Compliance (GRC) atau ESGRC sudah menjadi acuan terbaik dalam dunia bisnis. Namun, teori ESGRC tidak akan pernah maksimal tanpa pelaku kerja yang berintegritas dan penerapan yang konsisten. Oleh karena itu, sifat manusia menjadi hal terdepan saat berbicara terkait langkah-langkah menuju terciptanya ESGRC dalam lingkup Perusahaan.
“Manusia yang memiliki Integritas yang tinggi dapat dibuktikan dengan sifat yang amanah, kompeten, harmonis, loyal, akaptif, dan kolaboratif. Hal-hal ini dapat menjadi langkah awal yang baik bagi pekerja.” kata Eddy Iskandar, selaku Senior Partner MMU Consulting dalam pemaparannya pada Workshop dan Seminar yang berjudul “Business Judgment Rule (BJR) & ESGRC; UU BUMN 2025 for Corporate Competitiveness & Sustainability” yang dilaksanakan di Hotel Mercure Convention Center Ancol, Jakarta, pada Jumat (21/02/25).
Integritas seseorang yang dapat mempengaruhi bisnis dapat diartikan sebagai pilar utama dalam paradigma dan pengambilan keputusan perusahaan. Seseorang yang cenderung memiliki integritas yang tinggi biasanya akan memiliki paradigma yang juga baik, seperti cepat menangkap kondisi atau tren terkini, juga memproses ide-ide baru untuk peluang dalam perusahaan.
Selain itu, Eddy juga menjelaskan terdapat tiga paradigma dalam menerapkan ESGRC yang efektif yaitu pikiran sadar seperti pengetahuan buku dan kemampuan untuk mengulang informasi, pikiran bawah sadar seperti paradigma pemrograman genetik dan lingkungan, serta tubuh seperti tindakan dan hasil yang dikendalikan oleh paradigma.
ESGRC yang terintegrasi merupakan suatu sistem yang menjamin berlangsungnya proses check and balance serta prinsip kehati-hatian dalam mentatakelolakan seluruh aktivitas organisasi berdasarkan manajemen risiko dan Business Judgement Rule (BJR) yang sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku. Selain itu juga perlu dilandasi dengan etika bisnis, sosial dan lingkungan agar tidak terjadi penyalahgunaan (misconduct) dan salah kelola (mismanagement) terhadap aset organisasi, lingkungan dan sosial. Tujuanya adalah supaya mampu menghasilkan outcome berupa nilai tambah yang maksimal bagi organisasi, masyarakat dan lingkungan yang meningkat secara berkesinambungan dalam jangka panjang.
Dalam diskusinya, Eddy juga menekankan betapa pentingnya pemikiran positif untuk menjalani hidup dengan lebih baik, yang mencakup aspek psikologis dan spiritual, agar seseorang dapat menjalani hidup dengan lebih baik. “Pemikiran positif memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan dan kesejahteraan seseorang”, tutup Eddy.
Comments are closed.