NCC 2024

Strategi Transformasi Menuju Energi Bersih dan Ramah Lingkungan ala Pertamina

Jakarta, Businessnews.co.id – PT Pertamina (Persero) telah menegaskan komitmennya untuk mendukung upaya pemerintah Indonesia dan masyarakat internasional dalam menghadapi tantangan di sektor energi, terutama dalam mengatasi isu-isu seperti pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) atau dekarbonisasi.

Dalam upaya mencapai dekarbonisasi, Pertamina perlu mengubah metode operasional tradisionalnya dan memperkenalkan praktik operasional yang ramah lingkungan (green operation). Ini sejalan dengan misi pemerintah Indonesia untuk mencapai net zero emisi pada tahun 2060.

Selama beberapa tahun terakhir, Pertamina telah menerapkan strategi penting untuk mengembangkan bahan bakar rendah karbon dan menggunakan sumber energi terbarukan. Mempersiapkan bahan bakar rendah karbon dan sumber energi terbarukan memerlukan persiapan yang melibatkan teknologi, aspek ekonomi, dan regulasi.

Beberapa faktor yang menyebabkan harga bahan bakar rendah karbon menjadi tinggi termasuk pengembangan teknologi yang dapat mengurangi biaya modal (capex) dan biaya operasional (opex), perlu adanya pendekatan yang lebih panjang dalam rantai pasokan dan ekosistem secara keseluruhan, serta regulasi untuk menciptakan permintaan (demand).

Selain itu, kesadaran dan pendidikan masyarakat, baik sebagai konsumen maupun produsen, juga memainkan peran penting. Keempat faktor ini harus berkembang bersama-sama, dan Pertamina telah memulai upaya tersebut dalam beberapa tahun terakhir.

Pertamina juga telah mengambil langkah nyata dalam beralih ke bahan bakar minyak (BBM) yang ramah lingkungan. Penggunaan biodiesel B35 telah diterapkan secara masif, dan hal ini merupakan bagian dari kebijakan yang sesuai dengan perkembangan permintaan bertahap. Indonesia telah menjadi salah satu pemasok biofuel terbesar di dunia dan telah membangun industri biofuel sejak tahun 2008, dari B5 hingga sekarang menjadi B35.

“Saat ada permintaan, maka investasi akan mengalir. Ini sangat penting untuk biofuel, sustainable aviation fuel (SAF), hidrogen, amonia, dan sumber energi lainnya. Ini juga terkait dengan teknologi yang dapat mengolah bahan baku menjadi generasi kedua, mengatasi limbah dari bahan baku,” ungkap Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati beberapa waktu lalu.

Penggunaan biodiesel B35 diharapkan dapat mengurangi impor solar dan mengurangi emisi gas buang hingga 28 juta ton CO2 pada tahun 2022. Pertamina juga telah menyediakan anggaran sebesar 15 persen dari total belanja modal (capex) untuk mengembangkan portofolio bisnis yang ramah lingkungan, menjadikan Pertamina sebagai perusahaan dengan anggaran tertinggi dibandingkan perusahaan energi lainnya.

Pertamina juga mengembangkan produk BBM, seperti Pertamax Green 95, yang ramah lingkungan dengan bahan baku bioetanol 5 persen. Proyek ini melibatkan petani tebu dan berkontribusi pada perubahan energi nasional dengan memanfaatkan campuran bahan bakar nabati.

Selain dari sisi BBM, Pertamina juga telah memulai upaya dari sektor aviasi, dengan penggunaan bioavtur yang diperkenalkan pada penerbangan komersial. Selain itu, Pertamina juga telah memulai berbagai program energi bersih dan berkelanjutan untuk masyarakat melalui Program Desa Energi Berdikari.

Menurut Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, hingga akhir tahun ini, Program Desa Energi Berdikari ditargetkan bisa menjangkau 66 desa di seluruh Indonesia.

Program ini bertujuan untuk membangun kemandirian energi dan ekonomi di desa-desa dengan menggunakan sumber energi bersih dan terbarukan, seperti tenaga surya, air, angin, dan biogas. Program ini telah memberikan manfaat ekonomi bagi ribuan kepala keluarga dan telah menjangkau banyak desa di seluruh Indonesia.

Pertamina telah menunjukkan komitmen kuat dalam mendukung transformasi energi yang ramah lingkungan, pengurangan emisi, dan pengembangan sumber energi terbarukan, serta upaya untuk membangun masyarakat yang berkelanjutan secara ekonomi dan lingkungan.

Comments are closed.