NCC 2024

Kadin dan Menkeu Sri Mulyani Bahas Situasi Perekonomian Terkini

Jakarta, Businessnews.co.id Ketua Dewan Penasehat Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, M.S. Hidayat bersama para anggota Dewan Penasehat dan Dewan Pengurus Kadin Indonesia melakukan pertemuan dengan Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani untuk membahas mengenai perkembangan perekonomian terkini dan RAPBN 2024, di Menara Kadin Indonesia (23/8/2023).

MS. Hidayat mengatakan, perkembangan ekonomi global dan domestik saat ini dan ke depan memerlukan perhatian dan perlu disikapi bersama, baik pemerintah, dunia usaha dan masyarakat.

“Dunia usaha perlu gambaran kebijakan strategis pemerintah, terutama pasca pandemi Covid-19, anjloknya pertumbuhan ekonomi global, perubahan iklim hingga prospek perekonomian ke depan,” kata dia.

Bank Dunia (World Bank), sesuai laporannya di Global Economic Prospect (GEP) edisi Juni 2023 memperkirakan ekonomi global tumbuh 2,1 persen pada 2023. Proyeksi ini lebih tinggi dari outlook dalam laporan sebelumnya yang hanya sebesar 1,7 persen. Meskipun begitu, prospek pertumbuhan ekonomi masih belum akan membaik. Bahkan untuk tahun 2024 perlambatan masih akan terus membayangi dan diperkirakan pertumbuhan ekonomi sebesar 2,4 persen.

Sementara untuk ekonomi domestik sesuai laporan Badan Pusat Statistik (BPS), ekonomi Indonesia pada kuartal II-2023 tumbuh 5,17% secara tahunan (year-on-year/yoy), lebih tinggi dibanding capaian kuartal I-2023 yang pertumbuhannya 5,04%.

“Ini menandakan ekonomi Indonesia saat ini. Namun demikian, semua perkembangan konstelasi global harus menjadi perhatian bersama karena pasti akan berdampak pada ekonomi Indonesia,” ungkapnya.

Menkeu Sri Mulyani mengatakan, Kadin dan dunia usaha berkontribusi dalam portfolio keuangan negara. “Ekonomi Indonesia cukup resilien. Komoditas memberikan dampak yang cukup besar. Ada juga sisi lainnya mengenai kebijakan makro yang kadang sangat spesifik”.

Menurutnya Indonesia telah diuji dalam situasi yang tidak biasa tapi bisa melewati itu dengan baik. “Tapi ini tidak bisa dijadikan jaminan, karena tantangan demi tantangan akan berubah,” ungkap Sri.

Pada proses recovery, kata dia, penyesuaian cukup banyak yang harus dilakukan. “Kita akan menerapkan berbagai tools policy, fiskal policy yang di mana masing-masing negara berbeda. Ada yang dosisnya minimal tapi hasilnya maksimal, ada juga yang sebaliknya,” kata Sri.

Di situasi recovery, lanjutnya, banyak negara di dunia mengalami defisit yang tak terhindarkan, inflasi tinggi, suku bunga tinggi. “Namun, dalam waktu 2 tahun defisit kita dibawah 3 persen dan ini cukup remarkable,”.

Menurutnya, saat ini muncul optimisme dimana negara-negara emerging akan tumbuh di atas pertumbuhan dunia. Dunia menuju sharing prosperity. Ada kekuatan polar baru, bukan hanya Amerika Serikat, China atau Rusia Saja, tetapi ada kekuatan middle yang cukup diperhitungkan.

Pada kesempatan yang sama, Menkeu Sri memaparkan postur RAPBN 2024. Defisit 2024 diperkirakan mencapai Rp 522,8 T jauh lebih rendah jika dibandingkan 2020 yang mencapai Rp 947,7 T. Kemudian pendapatan negara tahun 2024 diperkirakan mencapai Rp 2781,3 T, lebih tinggi jika dibandingkan dengan Rp 1647,8 T di tahun 2020.

Dia melanjutkan, pembiayaan anggaran 2024 mencapai Rp 522,8 T lebih rendah jika dibandingkan di tahun 2020 yang mencapai Rp 1193,3 T.Kemudian belanja negara di tahun 2024 mencapai Rp 3304,1 T lebih tinggi di tahun 2020 yang mencapai Rp 2595,5 T.

Comments are closed.