Pembekalan Pengetahuan Candi Borobudur bagi Pemandu Wisata
Jakarta, Businessnews Indonesia – PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko mendukung langkah Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat (Bimas) Buddha Kementerian Agama RI yang mengadakan pembekalan kepada para pemandu wisata agar memiliki pemahaman secara utuh terkait keberadaan Candi Borobudur. Hal ini merupakan dukungan dalam mengembangkan pariwisata berkualitas di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.
“PT TWC mendukung langkah Bimas Buddha untuk memberikan pemahaman baru terkait Candi Borobudur kepada para pemandu wisata yang menjadi garda terdepan memberikan informasi kepada para wisatawan, baik domestic maupun mancanegara. Hal ini sejalan dengan visi PT TWC untuk mengembangkan destinasi wisata berkualitas di kawasan,” kata Health, Safety, Security & Environtmental VP PT TWC I Gusti Putu Ngurah Sedana saat membuka Pembekalan Pengetahuan tentang Borobudur bagi Pemandu Wisata Candi Borobudur, di Manohara Borobudur Study Center dikutip dari laman resmi BUMN, Senin (17/10/2022) .
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat (Bimas) Buddha Kementerian Agama RI memberikan perhatian penuh terhadap pemanfaatan Candi Borobudur. Hal ini menuntut para pemandu wisata yang kompeten serta bisa memberikan perspektif menarik terhadap peninggalan cagar budaya warisan dunia tersebut.
“Pemandu wisata perlu mendapatkan pemahaman utuh terkait beberapa pengetahuan yang selama ini sudah ada, pengetahuan kan berkembang, sehingga perlu update,” kata Dirjen Bimas Buddha Kemenag Supriyadi.
Pembekalan secara online dan offline itu diikuti oleh 100 orang dengan pembicara Dr. Hudaya Kandahjaya, seorang peneliti Candi Borobudur. Supriyadi mengatakan, Candi Borobudur nilai-nilai Buddhanya sangat tinggi. Dia berharap para pemandu wisata mesti mendapatkan pemahaman utuh.
Pembekalan bagi para pemandu wisata ini diadakan untuk memberikan sejumlah informasi seputar Borobudur, mengingat terdapat berbagai versi penjelasan tentang Candi Borobudur yang selama ini telah populer di masyarakat.
Ia menyampaikan penelitian tentu berpijak di dunia kehidupan nyata, selama ini ada istilah tridatu, itu diajukan oleh sarjana Belanda bernama Stutterheim, sejak awal sudah banyak menimbulkan kontroversi dan pada akhirnya banyak dibantah oleh para ahli.
“Memang betul karena yang disampaikan oleh Stutterheim itu karena kebetulan dia membaca di kitab Sang Hyang Kamahayanikan lalu kelihatannya cocok begitu. Bentuknya Borobudur sepertinya terdiri dari tiga lapis kalau dilihat secara kasar, padahal konsep dasar yang melatarbelakangi penyebutan tridatu di kitab itu tidak ada hubungnnya dengan Borobudur,” pungkasnya.
Comments are closed.