NCC 2024

Wamen BUMN Sebut Potensi Ekspor Produk Halal Indonesia Capai 3,6 Miliar USD

BusinessNews Indonesia – Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) I, Pahala Nugraha Mansury mengungkapkan potensi ekspor produk halal Indonesia mencapai sekitar US$ 3,6 miliar.

“Kita juga mendukung upaya peningkatan investasi dan hal ini terlihat dari potensi ekspor produk halal Indonesia ke negara-negara lainnya sebesar kurang lebih 3,6 miliar dolar AS,” ucap Pahala dalam seminar daring Wirausaha Muda Syariah di Jakarta, Kamis, (3/2).

Pahala mengatakan berdasarkan Indonesia Halal Market Report Tahun 2021 pertumbuhan ekspor produk halal, foreign direct investment atau investasi yang masuk ke Indonesia, dan juga beberapa substitusi produk ini diharapkan dapat mendorong peningkatan PDB nasional di mana hal ini khusus untuk produk dan jasa layanan halal nilainya bisa mencapai US$ 5,1 miliar.

“Jadi pasarnya besar sekali, tinggal bagaimana kita bisa bersama-sama memanfaatkan dan juga nantinya perdagangan menjadi salah satu komponen kunci daripada total pengeluaran masyarakat Muslim meliputi produk makanan halal, fashion, farmasi dan kosmetik sebagai sektor utama dengan persyaratan sertifikasi halal,” katanya.

Hal ini, lanjut Pahala, yang tentunya bersama-sama menjadi sebuah rangkaian dari kegiatan Seminar Wirausaha Muda Syariah untuk bisa mendorong produk halal, dan juga perluasan produk halal Indonesia ke negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dan non-OKI.

Baca Juga : Erick Thohir : BUMN Beri Keuntungan Besar Bagi Negara

“Tinggal kita bagaimana sebagai umat Muslim yang betul-betul nantinya diharapkan kita bukan hanya menjadi konsumen, tetapi menjadi bagian daripada produsen dengan mengambil peran sebagai pihak yang betul-betul memanfaatkan ceruk pasar yang luar biasa ini sehingga bisa menjadi pendorong bagi pengembangan ekonomi ke depannya,” ujar Pahala.

Sebelumnya Menteri BUMN Erick Thohir  membuka penetrasi pasar produk halal RI melalui Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) di berbagai negara, seperti Rusia, Maroko, Sudan, Singapura, Korea Selatan, Tiongkok, dan Arab Saudi.

Kini, ia pun sedang mencoba membuka jaringan MES di Pakistan, Uni Emirat Arab, Thailand, dan Brunei, khususnya melalui diaspora RI yang tinggal di negara-negara tersebut.

Kolaborasi antara industri syariah bersama pemerintah, pesantren, dan santri pun menjadi sebuah keharusan saat ini, karena COVID-19 memberi dampak yang cukup signifikan.

Maka dari itu, Erick yang juga merupakan Ketua Umum Pengurus Pusat MES berpendapat keseimbangan ekonomi harus terjaga.

(TN/Antara)

Comments are closed.