Harga Minyak Kembali Tergelincir Usai Dolar AS Menguat
Jakarta, BusinessNews Indonesia – Penguatan dolar AS yang terjadi menekan harga minyak kembali tergelincir pada akhir perdagangan Selasa (7/9) kemarin. Di sisi lain, pemicu lainnya adalah kekhawatiran melemahnya permintaan di Amerika Serikat dan Asia.
Dikutip dari Republika (8/9), minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS pengiriman Oktober turun 94 sen. Penurunan itu sama dengan turun 1,4 persen ke level 68,35 dolar AS per barel. Sementara minyak berjangka Brent pengiriman November turun 53 sen atau 0,7 persen. Harga minyak Brent ditutup pada 71,69 dolar AS per barel setelah sehari sebelumnya juga melorot jatuh 39 sen.
Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, naik 0,32 persen menjadi 92,5126 pada akhir perdagangan Selasa (7/9). Kenaikan ii menyusul kenaikan 0,2 persen di sesi sebelumnya. Penguatan dolar membuat minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
“Orang-orang membaca perubahan harga Saudi sebagai tanda memudarnya permintaan Asia dan skala pemotongan lebih besar dari yang diperkirakan.” Kata John Saucer, wakil presiden pasar minyak mentah di Mobius Risk Group Houston.
Untuk diketahui, Arab Saudi memangkas harga semua kadar minyak mentah yang dijual ke Asia setidaknya 1 dolar AS per barel. Langkah tersebut mencerminkan bahwa konsumsi di wilayah pengimpor utama dunia tetap bergeliat. Hal ini terjadi ketika penutupan sejumlah wilayah Asia akibat varian Delta yang turut memunculkan ketidakpastian prospek ekonomi.
Di sisi lain, data yang menunjukkan penciptaan lapangan kerja AS yang paling sedikit dalam tujuh bulan turut menekan harga.
Meski demikian, indikator ekonomi China yang kuat dan berlanjutnya pengurangan pasokan AS akibat Badai Ida turut mendorong penguatan harga. Berdasarkan data, impor minyak mentah China naik 8,0 persen pada Agustus dari bulan sebelumnya. Selain itu, perekonomian China pada Agustus juga tumbuh lebih cepat dari perkiraan akibat didorong ekspor. (W/ZA)
Comments are closed.