PLN Jadi BUMN dengan Aset Terbesar

Jakarta, BusinessNews Indonesia PLN menjadi BUMN dengan aset terbesar dan mengalahkan empat bank BUMN maupun Pertamina. Hal tersebut menjadi indikasi baiknya tata kelola perusahaan.

Fabby Tumiwa, Direktur Eksekutif IESR, menuturkan bahwa keuntungan PLN tercatat dalam laporan keuangan yang ada.

“PLN ini laporan keuangannya kan diaudit BPK dan juga diperhatikan oleh investor internasional, jadi tidak boleh main-main.” kata Fabby, dikutip dari Republika (12/6).

Seperti diketahui, berdasarkan laporan yang sudah diaudit, PLN mampu mencetak keuntungan sebesar Rp 6 triliun sepanjang 2020. Keuntungan tersebut didapat adalah satunya kena PLN mampu melakukan efisiensi operasional. Berdasarkan audit subsidi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), PLN bahkan mampu menekan biaya operasi hingga Rp 32 triliun sepanjang 2020.

Dalam kesempatan itu, Fabby turut mengakui bahwa utang PLN bertambah selama beberapa tahun terakhir. Meski demikian, kata dia, aset milik PLN juga melonjak signifikan jauh di atas penambahan beban keuangan.

“Modalnya tidak negatif seperti Garuda. PLN juga mampu membayar kewajiban utang jangka pendek tanpa harus minta talangan pemerintah. PLN juga melakukan pengelolaan utang yang lebih baik dibandingkan Garuda.” Imbuhnya.

Jumlah ekuitas PLN mencapai Rp 940 triliun pada 2020. Sementara liabilitas jangka panjangnya Rp 499 triliun dan liabilitas jangka pendeknya Rp 150 triliun. Aset PLN dalam laporan keuangan 2020 pun mencapai 1.589 triliun atau meningkat Rp 275 Triliun dibanding 2015 sebesar Rp 1.314 Triliun.

Nilai pertambahan aset PLN 2015-2020 pun lebih besar dari total aset Telkom 2020 yang hanya Rp 246 triliun. BUMN lain pun beraset di bawah PLN seperti Bank BRI dan Bank Mandiri masing-masing asetnya Rp 1.387 triliun dan Rp 1.001 triliun. Lalu Pertamina Rp 984 triliun,  Bank BNI dan BTN masing-masing Rp 709 triliun dan Rp 297 triliun.

Sepanjang 2015-2020, PLN pun mampu membayar pajak dan dividen sebesar Rp 186 triliun. Padahal, PLN hanya diberi penyertaan modal negara (PMN) Rp 40 triliun selama periode tersebut. (W/ZA)

Comments are closed.