Mata Uang Turki Terjun Bebas Didorong Sentimen Ketegangannya dengan Prancis
BusinessNews Indonesia – Mata uang Turki, Lira, terpantau melemah signifikan dan merupakan titik terendah baru pada 2020 sesi penutupan Selasa (27/10) waktu setempat. Lira terpuruk di rekor 8,2 per dolar Amerika Serikat. Kejadian ini terjadi di tengah ketegangannya dengan Presiden Prancis, Emmanuel Macron. Pelemahan ini pun didorong ketidaksukaan investor pada bank sentral Turki yang bergeming tak menaikkan suku bunganya.
Diketahui bersama bahwasanya Presiden Erdogan mengecam Prancis pasca pernyataan presidennya yang menghina Agama Islam. Presiden Erdogan menyebut Macron sakit mental karena menggemakan Islamophobia dan mendukung penerbitan karikatur Nabi Muhammad Saw dan menyebut Islam dalam masa krisis. Selain kecaman, Prancis pun menerima imbas atas ulahnya dengan Seruyan boikot produk Prancis di berbagai negara.
Disisi lain, Central Bank of The Republic of Turkey yang bergeming tak menaikkan suku bunga menjadi faktor lain yang menyebabkan pelemahan. Suku bunga acuan Turki saat ini berada di level 10,24%. Padahal sebagian pakar menilai penaikan suku bunga dianggap penting untuk melawan inflasi yang mencapai 11%.
“Pasar jelas tidak suka dengan pendekatan CBRT pada sisi bunga,” tegas W. Brad Betchel, kepala Valuta Asing Global Jefferies dalam sebuah catatan (28/10).
“Akan sulit bagi bank sentral untuk mengakui dengan lebih jelas bahwa mereka tidak bersedia mengambil tindakan apa pun untuk menstabilkan prospek inflasi dan Lira Turki, melawan tekanan politik,” tulis analis Commerbank dikutip dari CNBC internasional.
Untuk diketahui, nilai Lira turun sebesar 30% secara year to date dan berkurang setengah nilainya sejak akhir 2017. Di awal 2018 Lira pernah hanya 3,7 per dolar Amerika Serikat. (W/ZA)
Comments are closed.