NCC 2024

Empat Jurus OJK Guna Membangkitkan Ekonomi dan Keuangan Syariah Indonesia

Businessnews Indoensia – Empat jurus tengah disiapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk untuk membangkitkan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia. Empat jurus ini diharapkan agar ekonomi dan industry keuangan Syariah berperan besar dalam pemulihan ekonomi nasional.

Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso menyebut kondisi pandemi Corona menjadi momentum guna membangkitkan  ekonomi dan keuangan syariah nasional.

“OJK memiliki komitmen yang sangat tinggi untuk terus mengembangkan keuangan syariah yang berdaya saing tinggi dan berkontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional dan peningkatan kesejahteraan masyarakat luas,” ungkap Wimboh dalam acara Forum Riset Ekonomi Keuangan Syariah (FREKS) secara virtual, Senin (21/9/2020).

Empat jurus itu terdiri dari, jurus pertama perlu sinergi dan integritas antara sector riil, keuangan komersial, dan keuangan sosial.  

“Untuk mengembangkan keuangan syariah diperlukan sinergi dan integritas antara sektor riil, keuangan komersial, dan keuangan sosial sehingga ketiga sektor tersebut dapat tumbuh bersama-sama dengan melibatkan secara aktif berbagai pemangku kepentingan yakni pelaku industri halal di antaranya ada makanan, fashion, kosmetik dan kesehatan, tourism, media, market place halal,” jelasnya.

Di samping itu, kata Wimboh OJK juga akan melakukan pengembangan dan melibatkan adanya islamic social finance seperti zakat, infaq, shodaqoh, dan wakaf. Lalu melibatkan organisasi kemasyarakatan berbasis agama.

Kedua, Wimboh menyebut penguatan kapasitas industri keuangan syariah. Menurutnya, Industri keuangan syariah di Indonesia sudah banyak variasinya, namun belum memiliki lembaga yang besar dan bisa berkompetisi secara kuat.

“Kita harus membuat lembaga keuangan syariah yang sepadan,” jelasnya.

Dia mengatakan, di industri perbankan Indonesia belum memiliki bank syariah yang besar sehingga perlu adanya sinergitas dengan lembaga keuangan.

“Kami menyambut baik rencana yang dilakukan oleh Kementerian BUMN untuk membentuk satu sinergitas bank syariah yang lebih besar lagi dan tentunya akan bisa menjadi bank syariah yang levelnya sama seperti bank buku 4,” ungkapnya.

Ketiga, membangun demand atau permintaan terhadap produk keuangan syariah. Menurutnya, sulit bagi otoritas membangun industri keuangan syariah tanpa menciptakan sisi permintaannya.

Pasalnya, tingkat literasi keuangan syariah masih 8,11% dan tingkat inklusi keuangan syariah masih 9,10%. Wimboh mengatakan, tingkat tersebut masih sangat rendah dibandingkan tingkat perbankan konvensional lainnya.

“Untuk itu program peningkatan literasi dan perluasan akses keuangan syariah harus terus dan semakin ditingkatkan dan diintensifkan,” katanya.

Keempat, adaptasi digital dalam mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah. Dia menjelaskan, proses percepatan digitalisasi dalam ekosistem ekonomi dan keuangan syariah sangat perlu dilakukan apalagi di era new normal. (Ed.ZA/businessnewsIndonesia/detik)

Comments are closed.