Jepang Krisis Tenaga Kesehatan Jelang Olimpiade

Jakarta, BusinessNews Indonesia – Lembaga medis Jepang menuturkan kecemasan mereka untuk mengawasi 78.000 orang dari 200 negara dalam pagelaran Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo. Hal itu dikarenakan negeri sakura juga tengah berjuang mengendalikan infeksi virus Corona dan mempercepat vaksinasi.

Penyelenggara Olimpiade dan Paralimpiade awalnya berencana memiliki sekitar 10.000 dokter, perawat, dan staf medis yang siaga untuk pertandingan. Namun terpaksa harus mengurangi jumlah itu menjadi sekitar 7.000 karena mereka dibutuhkan dalam menangani wabah yang sedang berlangsung.

Meskipun menjadi negara dengan tingkat infeksi terendah di antara negara-negara industri kaya, Jepang nyatanya terus berusaha mengendalikan peningkatan infeksi corona. Keadaan darurat ketiga diperluas di Tokyo dan kota-kota besar lainnya, dengan hasil yang terbatas.

Baca juga: Kolaborasi Industri Kreatif Lokal, BRI-NeverTooLavish Tampil Keren Sasar Millennials

Bahkan, spekulasi atas kemungkinan pembatalan olimpiade meningkat setelah AS memperingatkan warganya agar tidak melakukan perjalanan ke Jepang.

“Kami memiliki keraguan yang kuat tentang penyelenggaraan Olimpiade dengan mengorbankan nyawa dan kesehatan pasien dan perawat.” tutur Susumu Morita, Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Pekerja Medis Jepang, dikutip dari Bisnis (31/5).

Sejauh ini penonton asing diputuskan utnuk dilarang menonton. Namun belum ada keputusan mengenai penggemar domestik akan dilarang atau jumlah mereka dikurangi.

Hal tersebut menjadi hambatan untuk mengukur kecukupan staf medis untuk menangani keadaan darurat ketika pertandingan dijadwalkan berlangsung.

“Akan sulit untuk memutuskan batas maksimal penonton tanpa memantau situasi.” Kata  Presiden Panitia Penyelenggara Olimpiade, Seiko Hashimoto, dikutip dari Bloomberg. (W/ZA)

Baca juga: Gaungkan “Pray For Palestine”, Paul Pogba Kibarkan Bendera Palestina Usai Berlaga

Comments are closed.