NCC 2024

Dirut BRI Sebut Tim Hebat Lahir dari Didikan, Bukan Instan

BusinessNews Indonesia – Direktur Utama BRI Sunarso menyebut bahwa tim yang hebat lahir berkat didikan, bukan instan. Hal ini ia sampaikan seiring berjalannya BRI Liga 1, kompetisi kasta tertinggi di Indonesia yang kini disponsori oleh BRI.

Mengutip rilis BRI (12/09), Partisipasi BRI secara langsung dilakukan untuk mendukung kompetisi BRI Liga 1. Partisipasi ini juga bertujuan untuk dapat menggerakkan perekonomian nasional khususnya agar industri sepak bola nasional, termasuk UMKM di industri turunannya kembali bergeliat.

Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan bahwa dengan peran yang sedemikian besar, BRI tergerak untuk menjadi title sponsor. “Sebagai perusahaan BUMN, BRI terus menciptakan value, baik economic value maupun social value kepada seluruh stakeholders, utamanya kepada masyarakat. Dengan menjadi sponsor utama Liga 1, BRI mewujudkan komitmen tersebut, bahwa keberadaan BRI memberikan makna bagi masyarakat Indonesia,” tambahnya.

Filosofi Sepak Bola untuk Memimpin Perusahaan

Menurut Sunarso, sepak bola bukan sekadar olah raga dan hiburan masyarakat. Melampaui hal itu sepak bola merupakan seni manajerial untuk meraih tujuan bersama yaitu kemenangan dan menjadi juara. Dia menuturkan, sudah tertarik dengan sepak bola sejak sejak kecil. Hobinya bermain sepak bola ternyata berlanjut hingga saat ini.

Kini dia sering bermain dengan seragam kesebelasan dari BRI. Namun, sekarang sepak bola baginya bukan cuma hobi. Sunarso tak segan membawa filosofi sepak bola di BRI. Di bawah kepemimpinannya, BRI bahkan mampu melalui tantangan yang sifatnya global atas krisis yang disebabkan oleh pandemi Covid-19.

Menurutnya, sepak bola adalah miniatur dari sesuatu yang besar atau simplifikasi dari sesuatu yang kompleks, yaitu organisasi. Dalam bermain sepak bola, di dalam lapangan 11 orang pada satu tim harus teroganisir dengan baik yang tujuannya untuk menciptakan Gol (goal – tujuan). Pun demikian dengan organisasi yang juga memiliki goal (tujuan) yang ingin dicapai bersama.

“Baik dalam sepak bola ataupun organisasi yang profit oriented seperti BRI, ada kerja sama, hingga mekanisme pengambilan keputusan agar bisa menciptakan goal. Itu (sepak bola) menurut saya baik untuk saya jadikan modelling untuk melakukan strategizing di organisasi,” tuturnya.

Baca juga: PLN Siapkan Cadangan 74,7 Megawatt Selama PON di Papua

Pentingnya Visi dan Mendidik Talenta

Direktur Utama BRI Sunarso bersama Coach Indra Sjafri


Sebagai CEO, Sunarso menyinggung strategic management dalam dunia sepak bola maupun dalam korporasi. Dia mencontohkan ada satu negara di Asia yang menetapkan visinya ingin menjadi juara dunia sepak bola pada 2050. Jika pemain sepak bola berada pada masa produktifnya pada usia 25 tahun, artinya pemain-pemain yang dirancang untuk mejadi juara dunia tersebut saat ini belum dilahirkan. Dari contoh tersebut, menurut Sunarso menjadi juara dunia memerlukan visi yang harus dibangun dan dipersiapkan sejak jauh-jauh hari.

Pembangunan dan persiapan dalam menggapai visi juara tersebut, lanjut dia, akan terkait dengan proses pembentukan fisik, karakter, keterampilan, hingga tingkat kecerdasaan pemain. Demikian juga dengan perusahaan besar seperti BRI, manajemen saat ini harus merancang visi atau roadmap sematang mungkin untuk menentukan keberlajutan dan meraih keberhasilan di masa depan.

Sunarso mengambil contoh lain yang terjadi di dunia sepak bola dan bisa diaplikasikan dalam perseroan. Pada musim 2003, 2004 dan 2005, rival abadi FC Barcelona, Real Madrid, memiliki tiga gelandang hebat dunia saat itu yaitu David Beckham, Luis Figo dan Zinedine Zidane. Namun, hal itu tak menjamin Real Madrid menjadi jawara sepak bola Spanyol.

Real Madrid hanya menjuarai Piala Super Spanyol dalam rentang waktu tersebut. Sedangkan musuh abadinya, Barcelona, selama 2003-2005 mengoleksi satu gelar Liga Spanyol sebagai kompetisi kasta tertinggi, dan musim 2004-2005 menjuarai Piala Super Spanyol.

“Barcelona kenapa hebat pada saat itu? Dia konsisten untuk mendidik pemainnya, membangun timnya sejak dari masih muda. Saya bisa tarik kesimpulan, sebenarnya adalah tim yang hebat itu bukan dibeli meskipun kita mampu beli, tim yang hebat itu memang harus dibangun dan dipersiapkan. Dan Barcelona punya tradisi untuk membangun tim seperti itu,” pungkasnya. (rilis/Ed.ZA)

Baca juga: Blibli Akuisisi 51 persen Saham Supra Boga Lestari

Baca juga: Lintasarta Hadirkan Cloudeka, Solusi Cloud Bagi Korporasi

Comments are closed.