NCC 2024

Vaksinasi Adalah Penentu Pertumbuhan Ekonomi

BusinessNews Indonesia –Situasi perekonomian yang salah satunya ditentukan oleh kondisi pasar dan investor saat ini perkembangannya ditentukan oleh proses vaksinasi di suatu negara tersebut.

Ivestor tak mau bertaruh di ladang yang tak subur dan kering sebagaimana negara-negara yang kini dipapar Covid-19 dengan kondisi mengkhawatirkan, sebab tak bisa mengendalikannya.

Pertumbuhan ekonomi negara-negara dunia yang sudah divaksinasi akan rebound tahun ini di atas lima persen, sementara Refinitiv I/B/E/S memperkirakan laba perusahaan 2021 akan meningkat 38 persen dengan 21 persen masing-masing di Eropa dan Amerika Serikat.

Baca juga: BNI Salurkan Bantuan untuk Korban Bencana Sulawesi Utara dan Jawa Barat

“Perlombaan vaksin tetap menjadi kartu liar utama di sini. Vaksin akan membentuk prospek dan persepsi kepemimpinan pertumbuhan global pada 2021,” kata Kepala Strategi Mata Uang TD Securities, Mark McCormick, sebagaimana dikutip antaranews (22/01/2021).

“Sementara vaksin dapat memperkuat pemulihan yang lebih tersinkronisasi di paruh kedua (2021), angka awal memperkuat pergeseran fundamental antara Amerika Serikat, zona euro, dan lainnya.”

Negara mana yang akan pertama kali memvaksinasi 60-70 persen populasinya – ambang batas yang umumnya dilihat sebagai pemberian kekebalan kelompok (herd immunity), di mana pabrik, bar, dan hotel dapat dibuka kembali dengan aman. Di situlah investor akan menaruh investasinya.

Baca juga: Pupuk Indonesia Gandeng KPK Tertibkan LHKPN Perseroan

baca jga: Signify Rilis layanan cetak 3D luminer

Kemajuan vaksin yang tidak merata telah memaksa beberapa orang untuk menunda perkiraan awal kapan kekebalan kelompok dapat tercapai.

Deutsche Bank mengatakan akhir musim gugur sekarang lebih realistis daripada musim panas, meskipun diperkirakan musim semi di belahan bumi utara menjadi titik balik, dengan 20-25 persen orang divaksinasi dan pembatasan perlahan-lahan dicabut.

Tapi pemenang perlombaan sudah menjadi bukti, terutama di Israel, di mana kampanye imunisasi yang cepat telah membawa arus investasi ke pasarnya dan mendorong saham siklikal ke posisi tertinggi seperempat abad.

Secara umum pandangannya adalah bahwa pada akhirnya konsumen akan menyalurkan tabungan yang terpendam untuk perjalanan, belanja dan hiburan, dengan latar belakang stimulus yang melimpah. Sementara itu investor hanya mencoba menangkap pergerakan pasar saat lockdown dilonggarkan, kata Kepala Alokasi Aset Global SEB Investment Management, Hans Peterson.

Baca juga: Tepati Janji, Luhur Hibahkan Tanah Pada PBNU

“Semua pergerakan (pasar) sekarang bergantung pada laju infeksi yang lebih rendah,” kata Peterson. “Jika itu berbalik, kita harus kembali berinvestasi di FAANGS (saham teknologi AS) untuk kebaikan atau keburukan.” (ed.AS/businessnews.co.id/antaaranews).

Baca juga: IHSG Diprediksi Menguat Disusul Rencana Perubahan Suku Bunga BI

Baca juga: Akhirnya Jack Ma Muncul Pertama Kali Sejak Oktober Lalu

Baca juga: Emiten Properti Ramai-Ramai Terbitkan Obligasi

Baca juga: Pusat Inovasi Kecerdasan Artifisial, Wadah Akselerasi Pemanfaatan KA di Indonesia

Comments are closed.