Implementasi Manajemen Risiko Terpadu Untuk Meningkatkan Tata Kelola Organisasi
BusinessNews Indonesia – PT Pupuk Kujang mengundang Alan Yazid, sebagai salah satu narasumber utama dalam In House Training “Membangun Risk Management Awareness Dalam Rangka Mencapai Risk Composite Terbaik.” di Gedung Anggrek PT Pupuk Kujang, Cikampek, pada hari senin (4/11/2024).
Fokus pelatihan ini adalah untuk menerapkan manajemen risiko secara menyeluruh dalam tata kelola perusahaan melalui prinsip-prinsip tata kelola yang baik dan sistem GRC (Governance, Risk Management, and Compliance).
Menurut Alan, Manajemen risiko bukan lagi sekadar responsif, tetapi menjadi proaktif dalam mendukung tujuan jangka panjang organisasi, terutama melalui analisis data dari nasabah, pemasok, dan seluruh rantai pasokan. Sekarang GRC berkembang untuk melindungi organisasi dan juga untuk menciptakan nilai dengan menggunakan big data.
Dalam kebijakan terbaru dari Pak Prabowo terkait makanan bergizi di Indonesia, meningkatkan ketahanan industri pangan Indonesia menjadi salah satu hal penting yang perlu disoroti. Mengartikan Pupuk Kujang memiliki potensi besar kedepannya jika terus mengaplikasikan GRC yang baik dan benar.
Perusahaan BUMN harus menerapkan Model Tata Kelola Risiko Tiga Lini untuk menerapkan tata kelola risiko yang berkelanjutan. Menurut PER-2/MBU/03/2023, pengelola risiko yang bekerja di lini pertama tidak boleh melakukan pekerjaan di lini kedua atau ketiga. Untuk mengurangi risiko penyalahgunaan aset dan salah kelola, model ini memastikan adanya check and balance.
“Dengan munculnya ESG (Environmental, Social, and Governance), yang mengedepankan gagasan keberlanjutan dan bertanggung jawab terhadap lingkungan, sosial, dan tata kelola, manajemen risiko juga mengalami evolusi.” Kata Alan.
Pada saat ini, diharapkan implementasi GRC berubah menjadi ESGRC, yang memadukan manajemen risiko secara lebih komprehensif dalam mencakup semua aspek keberlanjutan.
Alan Yazid juga menegaskan bahwa strategi manajemen risiko sangat penting untuk mencapai “Risk Composite Terbaik”, yaitu ketika risiko inheren tetap lebih besar daripada keinginan risiko perusahaan, tetapi profil risiko dapat ditekan agar berada di bawah ambang keinginan risiko berkat kontrol risiko yang efektif.
Ia juga mengatakan, sebagai pekerja, kita perlu memastikan niat, perkataan, dan perbuatan kita selaras, seperti kata Mahatma Gandhi. Semua niat dan pembicaraan harus diwujudkan dalam tindakan.
Organisasi harus menggunakan sistem intelegensi GRC yang dapat memetakan risiko secara dinamis dan berkesinambungan seperti risiko finansial, operasional, TI dan siber, lingkungan, dan budaya untuk mencegah ketidakpastian dan kompleksitas risiko bisnis.
Dalam acara ini, dapat diketahui bahwa meningkatkan tata kelola dan manajemen risiko organisasi sangat penting untuk mengatasi tantangan bisnis di era persaingan ketat saat ini, terutama dengan meningkatnya sumber informasi yang sering menyesatkan untuk menjatuhkan kompetitor.
Diharapkan semua pihak dapat menerapkan tata kelola yang efektif untuk mencapai tujuan Indonesia Emas 2024. Karyawan akan menjadi ujung tombak dalam meningkatkan kinerja CGC untuk kemajuan bersama.
Comments are closed.