Jakarta, Businessnews.co.id – Kota Bandung harus memiliki ketahanan pangan partisipatif dengan mengembangkan teknologi untuk meningkatkan produktivitas lahan pertanian. Sementara itu, dalam upaya menanggulangi dampak kekeringan, Pemerintah mendorong pembangunan lumbung pangan di tiap-tiap Kota dan Kabupaten seluruh Indonesia.
”Pertanian sangat penting dan menjadi urusan yang sangat strategis karena 96 persen kebutuhan pangan Kota Bandung masih dipasok dari wilayah luar. Jadi pekerjaan rumah bersama untuk menanggulangi hal tersebut,” ujar Folmer SM Silalahi, anggota komisi B DPRD kota Bandung dalam Mimbar Saresehan Petani dan Penyuluh di UPT TPHP Kecamatan Cibiru, Bandung, Rabu (27/9/2023).
Dalam hal ini, kelompok-kelompok tani dan stakeholder, lanjut Folmer, menjadi garda terdepan guna membangun ketahanan pangan Kota Bandung. Saat ini, Kota Bandung memiliki 23 tenaga penyuluh pertanian dan 3 tenaga POPT (Petugas Organisme Pengganggu Tumbuhan) yang tersebar di beberapa wilayah untuk membina kelompok-kelompok tani.
Di sisi lain, Pemerintah tengah menggalakkan pembangunan lumbung pangan di tiap-tiap Kota dan Kabupaten seluruh Indonesia.
“Ini menjadi Gerakan Nasional membangun lumbung pangan di tiap-tiap Kota dan Kabupaten untuk mengatasi dampak kekeringan yang melanda sebagian wilayah di Indonesia ,” ujar Endang Iyus, fungsional PMHP Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat.
Selain itu, kata Iyus untuk mengatasi tingginya harga pupuk yang menjadi kendala besar para petani, maka tengah dirancang program Bantuan Langsung Pupuk (BLP).
“Dengan peraturan yang baru, pupuk subsidi hanya di fasilitasi 2 jenis pupuk yaitu Urea dan NPK . Sementara kebutuhan pupuk petani mencakup Urea, SP36, Organik, NPK, ZA,” ujarnya.
Alokasi pemberian pupuk, lanjut Iyus juga belum sesuai dengan kebutuhan petani, karena pupuk urea hanya memasok sekitar70 persen dan pupuk NPK sekitar 30 persen dari kebutuhan petani. Sementara jenis tanaman yang mendapatkan pupuk bersubsidi hanya 9 komoditas diantaranya kategori pangan (padi, jagung kedelai), hortikultura (cabai, bawang merah, bawang putih), serta perkebunan (kopi, tebu dan kakao).
“Transaksinya selama ini masih terjadi data ganda (Kartu Tani dan KTP) untuk penebusan pupuk bersubsidi dari kios. Namun, perubahan pupuk bersubsidi masih menjadi wacana, konsepnya nanti BLP atau Bantuan Langsung Pupuk,” ujarnya.
Dalam Saresehan Mimbar Petani di Cibiru Bandung juga hadir wakil dari PT Pertamina. Warih Wibowo, Sales Branch Manager I Bandung PT Pertamina Patra Niaga mengatakan pihaknya tetap akan memfasilitasi kebutuhan BBM (solar) yang diperlukan petani.
“Kami pasti akan fasilitasi yang menjadi BBM petani. Syaratnya itu harus ada surat rekomendasi yang menjelaskan kebutuhan petani dan tentunya harus memiliki KTP Kota Bandung. Tidak ada pungutan biaya apapun,” ujar Warih.
Hadi, Bappelitbang Kota Bandung menegaskan akan menindaklanjuti usulan-usulan para petani yang hadir pada Ketua TAPD (Tim Anggaran Pemerintah Daerah.
Gin gin Ginanjar, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Bandung menjelaskan untuk menekan resiko terjadinya krisis pangan yaitu dengan meningkatkan produksi melalui pengembangan teknologi dan budidaya komoditas subtitusi pengganti beras dan terigu.
”Pengaturan sistem tanam, jadwal tanam dan lain-lain yang tepat dan efisien. Juga perlu dikembangkan budidaya singkong, jagung dan lain-lain,” ujarnya.
Khusus padi, Kota Bandung saat ini memiliki luas tanam mencapai 1741 hektar dan luas panen capai 1874 hektar. Total produksi padi Kota Bandung pada 2022 mencapai 129.455 ton.
Jumlah kelompok Tani Tanaman Pangan Kota Bandung, lanjut Gin gin, saat ini tercatat 54 kelompok atau sekitar 1467 orang petani.
“Jumlah tersebut belum termasuk petani perkebunan dan kelompok Buruan Sae untuk pengembangan lahan-lahan rumah,” ujarnya.
Eva Yoshida, Kabid Tanaman Pangan dan Hortikultura DKPP Kota Bandung mengatakan program rutin yang dilaksanakan DKPP tiap tahun yaitu Bandung Menanam.
“Setiap tahun kami menyebarkan ribuan bibit sejumlah kecamatan, sekolah atau PKK, yang sebagian besar jenis holtikultura seperti cabai, bawang dan lain-lain serta bibit pohon perkebunan,” ujarnya.
Otang Sudirman, penggiat sampah juga mengingatkan para petani agar peduli terhadap alam, budaya dan pertanian jaman leluhur untuk mengurangi dampak lingkungan.
Dalam acara tersebut juga dilaksanakan penyerahan bibit padi, benih sayuran serta kendaraan roda tiga pada kelompok petani.
Comments are closed.