NCC 2024

Bulog Sebut Sisa Beras Impor 2018 Sudah Sebagian Turun Mutu

Jakarta, BusinessNews Indonesia Awaluddin Iqbal, Sekretaris Perusahaan Umum (Perum) Bulog, mengungkapkan bahwa stok beras sisa impor 2018 masih 275.000 ton lebih. Sayangnya, sebagian dari jumlah terebut telah mengalami turun mutu.

Meski demikian, jumlah stok sisa impor itu menurun dibandingkan data yang dirilis Bulog pada Maret lalu yang mencapai 275.811 ton.

“Saat ini sisa beras impor sebesar 186.952 ton. Tetapi yang turun mutu jumlahnya masih di kisaran 106.000 ton.” Ungkapnya, dikutip dari Bisnis (31/8).

Di sisi lain, Awaluddin menjelaskan bahwa Bulog telah mengeluarkan sekitar 88.000 ton beras sisa impor selama hampir satu semester terakhir.

“Kami proses, misal di-mixing. Artinya ada beras yang bisa diselamatkan, tidak semua turun mutu dan dijual dengan mekanisme kami.” Kata dia.

Namun, dia turut dia mengakui belum memiliki keputusan terkait beras sisa impor yang sudah turun mutu. Meski demikian, dia mengklaim beras itu masih dapat disalurkan ke masyarakat.

“Perlu dicatat beras turun mutu ini bukan berarti tidak bisa disalurkan. Masih bisa diproses kembali.” Tegasnya.

Dalam keterangan lainnya, Budi Waseso (Buwas), Direktur Utama Bulog, mengatakan bahwa pemerintah memiliki utang Rp4 triliun kepada perusahaan. Hal ini karena Bulog melaksanakan tugas pengelolaan cadangan pangan pemerintah dengan mengandalkan pinjaman komersial.

Beban utang ini, kata Buwas, masih bisa bertambah karena masalah stok lama yang tak kunjung diselesaikan. Bulog tercatat melakukan 1,78 juta ton beras pada 2018 dan hingga kini masih tersisa.

Utang Rp4 triliun tersebut mencakup pembayaran pemerintah untuk beras bencana alam dan bantuan PPKM. Selain itu juga untuk pengadaan gula cadangan stabilitas harga pangan (CSHP).

“Sampai sekarang utang negara dengan Bulog itu hampir Rp4 triliun belum dibayar. Sedangkan ini bunganya komersil, jadi bunga berjalan. Ini termasuk beras yang kita beli, itu sudah menahun perawatannya mahal. Karena itu kita rawat dengan biaya tinggi sedangkan kualitasnya pasti turun. Kita jual tidak mungkin harga mahal.” Pungkasnya. (W/ZA)

Comments are closed.