Kementan Perkirakan Telur Ayam Akan Turun sampai Pertengahan Februari
BusinessNews Indonesia – Kementerian Pertanian (Kementan) perkirakan bahwa harga eceran telur ayam ras akan terus turun hingga pertengahan Februari mendatang. Hal tersebut diperkirakan karena permintaan yang menurun.
Inti Pertiwi, Kepala Bidang Harga Pangan Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementan, menjelaskan penyebab harga telur turun. Hal ini karena jumlah produksi yang berlebih tanpa diimbangi permintaan yang signifikan.
Menurutnya, kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) terutama di pulau Jawa menyebabkan konsumsi dan permintaan telur ayam menurun drastis.
“Proyeksi kami jika tidak ada upaya menahan turunnya harga telur, harga akan turun sampai minggu kedua Februari,” jelas Isti dikutip dari Republika (30/1).
Proyeksi tersebut, kata Isti, didapatkan dari data neraca bulanan yang menunjukkan bahwa telur mengalami surplus hingga 38.136 ton. Harga telur diprediksi akan mengalami peningkatan pada akhir Mei 2021. Kisaran harganya mencapai Rp 25.453 per kilogram karena akan mengalami defisit telur sebanyak 23.780 ton.
Sebagai informasi, berdasarkan data Asosiasi Peternak Layer Nasional bahwasanya harga telur ayam saat ini di tingkat peternak berada pada kisaran Rp16.000-Rp17.000 per kilogram. Harga ini terjun dari harga acuan pemerintah dalam ketentuan Permendag Nomor 7 Tahun 2020 yang berada di kisaran Rp19.000-Rp 21.000 per kilogram.
Di tingkat konsumen, terdapat data dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional per 29 Januari 2021. Data itu menyebut harga rata-rata telur ayam ras segar secara nasional berada pada harga Rp26.650 per kilogram.
Peternak layer atau telur ayam ras yang tergabung dalam Koperasi Peternak Unggas Sejahtera Blitar pun merasa kesulitan karena harga pakan pun dirasa sudah mahal. Maka dari itu, mereka berinisiatif mengirimkan surat pada Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini. Tujuannya agar pemerintah dapat memakai telur produksi peternak sebagai Bahan Pangan Non-Tunai (BPNT). Sehingga mereka tidak merugi semakin dalam. (W/ZA)
Baca juga: Khawatir Pandemi Baru, Indonesia Mulai Waspadai Virus Nipah dari Malaysia
Comments are closed.