NCC 2024

Menguat, Ini Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS Per 19 Juni 2020

Bussnews.id –Pada penutupan perdagangan Kamis (18/6/2020) nilai tukar rupiah di pasar spot menguat 5 poin atau 0,04 persen ke level Rp14.077 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau melemah 0,055 poin atau 0,06 persen ke level 97,103 pada pukul 14.59 WIB.

Penguatan itu lantaran ekonomi Indonesia terus pulih seiring penerapan kehidupan kenormalan baru (new normal) dan menguatnya ketegangan Amerika dengan Korea dan China.

Hal ini diungkapkan oleh Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra bahwa adanya pemangkasan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 4,25 persen telah sesuai dengan ekspektasi pasar. Dia berharap dengan begitu, nilai tukar garuda dapat menguat karena telah mendapatkan sentimen positif.

“Penguatan sampai dengan Rp13.000 masih terbuka lebar tapi sepertinya tidak akan reli karena ada beberapa sentimen negatif dari eksternal,” katanya kepada Bisnis pada Kamis (18/6/2020).

Ariston menegaskan saat ini laju rupiah meniti di atas lereng karena masih sangat rentan dengan faktor eksternal. Pasalnya pasar masih mewaspadai peningkatan penyebaran virus Covid-19 gelombang kedua yang bisa menurunkan kembali aktivitas ekonomi.

Selain itu, ketegangan geopolitik regional di Asia antara Korea Utara dan Korea Selatan serta Tiongkok dan India juga bisa menahan penguatan rupiah terhadap dolar AS.

Meski demikian, untuk saat ini Ariston melihat pembukaan ekonomi kembali di tengah pandemi memberikan sentimen positif ke pasar, termasuk kenormalan baru di Indonesia.

“Saat ini dari luar masih ada tarik menarik antara sentimen positif dan negatif sehingga rupiah belakangan ini bergerak tipis. Namun kalau new normal berhasil dalam artian ekonomi aktif dan pandemi terkontrol, rupiah mungkin bisa menguat ke Rp13.500 dalam jangka pendek,” katanya.

Dengan demikian, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi hanya akan berada di kisaran 0,9 persen sampai 1,9 persen turun dari proyeksi sebelumnya yaitu 2,3 persen. Pada 2021, pertumbuhan ekonomi diperkirakan melonjak ke kisaran 5 persen – 6 persen.

Hal itu tidak menutup kemungkinan bagi Bank Indonesia untuk kembali menurunkan suku bunga acuan. Ini karena tekanan inflasi domestik yang rendah, tekanan eksternal yang mereda, dan kebutuhan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lebih lanjut. (ed.AS/bussnews.id/bisnis.com)

Comments are closed.