Bussnews.id – Setelah data menunjukkan persediaan minyak AS yang lebih kecil dari perkiraan, harga minyak melonjak lebih dari 20 persen pada perdagangan Rabu. Padahal saat ini ada harapan bahwa ekonomi akan dibuka kembali lebih cepat dari yang diharapkan.
Dikutip dari CNBC, Kamis (30/4/2020), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni melonjak 22,04 persen, atau USD 2,72 menjadi USD 15,06 per barel, setelah sebelumnya diperdagangkan di level USD 16,78. Sedangkan harga minyak patokan internasional, Brent naik USD 2,08, atau 10,17 persen menjadi USD 22,54 per barel.
Indeks saham pun ikut naik meskipun terjadi kontraksi 4,8 persen untuk PDB AS pada kuartal pertama yang merupakan kontraksi terbesar sejak krisis keuangan.
Harga minyak juga didorong oleh persediaan AS yang lebih kecil dari perkiraan. Menurut data dari Administrasi Informasi Energi AS, stok minyak mentah naik 9 juta barel untuk pekan yang berakhir 24 April. Ini lebih rendah dari perkiraan 11,7 juta barel yang dibuat oleh para analis yang disurvei oleh FactSet.
Data juga menunjukkan bahwa produksi AS turun 100.000 barel per hari pekan lalu menjadi 12,1 juta barel per hari. Ini adalah 1 juta barel per hari di bawah rekor produksi 13,1 juta barel per hari selama pekan yang berakhir 13 Maret.
“Harga minyak naik pada Rabu pagi karena para pedagang berpegang teguh pada indikasi yang berpotensi positif bahwa kesenjangan permintaan-pasokan mungkin akan lebih kecil,” kata Kepala Pasar Minyak global Rystad Energy Bjornar Tonhaugen kepada CNBC.
“Secara keseluruhan kami membutuhkan pengumuman resmi untuk pemangkasan atau pembukaan kembali ekonomi agar harga stabil. Diharapkan banyak volatilitas dan perubahan harga dalam beberapa hari mendatang karena para pedagang yang bullish dan bearish menimbang harapan dan ketakutan mereka di pasar yang sangat ingin menemukan sesuatu untuk bertahan,” tambahnya.
Perusahaan-perusahaan hulu migas sering dianggap hanya berperan menyediakan pasokan energi dan menghasilkan penerimaan negara
Pandemi virus corona telah memaksa negara-negara di seluruh dunia untuk menutup ekonomi mereka sementara waktu karena orang-orang tinggal di rumah, telah mengurangi permintaan global akan minyak mentah hingga sepertiga, menurut beberapa perkiraan.
WTI untuk pengiriman Juni turun 44 sen, atau 3,4 persen, berakhir pada USD 12,34 per barel pada hari Selasa. Di sisi lain, benchmark internasional, minyak mentah Brent naik 47 sen, atau 2,35 persen menjadi USD 20,46.
Prediksi Moody, harga minyak WTI akan berada di level 30 per barel tahun ini dan USD 40 tahun depan. Untuk Brent, rata-rata di level USD 35 per barel pada 2020 dan USD 45 di 2021.
Data dari American Petroleum Institute yang dirilis Selasa malam menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah AS melonjak 10 juta barel dalam sepekan hingga 24 April, sehingga total menjadi 510 juta barel. Itu lebih rendah dari ekspektasi analis akan kenaikan 10,6 juta barel, menurut perkiraan dari Reuters. (RB)
Comments are closed.