BusinessNews Indonesia – Ketidakpastian ekonomi global dan perkembangan yang masih bersifat divergen diprediksikan masih akan terjadi pada tahun 2019. Ini akan sangat mempengaruhi ekonomi makro negara-negara emerging market, termasuk Indonesia.
Di sela-sela kegiatan HR Summit 2018 IBIMA di Menara 165, Selasa (18/12), CEO IBIMA I Made Dana Tangkas mengungkapkan, dalam perkembangan ekonomi makro belakangan ini, nampak beberapa proyeksi asumsi dasar pada tahun 2019 berubah seperti : pertumbuhan ekonomi dari 5,2 persen menjadi 5,3, persen suku bunga (SPN %) dari 5,0 persen menjadi 5,3 persen, inflasi dari 3,2 persen berubah menjadi 3,5 persen, harga minyak dari 68 menjadi 70 USD per barel , dan nilai tukar (Rp/USD) dari Rp14.248 menjadi Rp15.000.
Selain itu, imbuh pria yang juga menjabat sebagai Presiden Institut Otomotif Indonesia ini, terdapat beberapa risiko dan tantangan perekonomian global ke depan seperti tekanan pasar keuangan akibat normalisasi moneter AS, perang dagang AS-Tiongkok, moderasi Tiongkok, ketegangan geopolitik, proteksionisme, dan perubahan iklim/cuaca ekstrim.
Dalam kondisi ekonomi dan industri seperti di atas, sebutnya, IBIMA Way sebagai praktek bisnis dan budaya industri menjadi sebuah terobosan baru di Indonesia untuk meningkatkan kinerja bisnis dan industri manufaktur Indonesia yang berkelas dunia.
Dikatakan Tangkas, terdapat beberapa tujuan dan sasaran yang ingin dicapai oleh IBIMA, di antaranya meningkatkan produktivitas dan daya saing bisnis maupun performansi industri manufaktur Indonesia yang sekaligus terintegrasi ke dalam rantai pasok global, menjadi pemimpin (lokomotif) bagi pengembangan bisnis dan industri manufaktur Indonesia, membangun “The Best Indonesia Industry & Business Way” bersama seluruh lapisan masyarakat industri dan pelaku bisnis di Indonesia dan sebagai pendukung utama dan pendorong untuk memastikan roadmap bisnis dan industri manufaktur di Indonesia dapat terwujud di tahun 2030 (kontribusi industri terhadap GDP > 30 %).
Salah satu langkah nyata yang dilakukan IBIMA terbaru adalah mengadakan Seminar HR Summit yang dilakukan bersama ABGC-M, yaitu perguruan tinggi/universitas, pelaku bisnis dan industri, pemerintah (Kemenristek Dikti, Kemenaker, Kemenperin), asosiasi & komunitas, bisnis dan media.
“Ini menjadi kesempatan luas untuk mengkaji dan menyiapkan strategi membangun industri melalui pengembangan vokasi yang tepat dan juga strategi implementasi Industry 4.0,” tutur Tangkas.
Ia berharap HR Summit 2018 IBIMA ini, dapat menjadi forum sharing & learning untuk membahas isu-isu strategis tentang corporate culture dan soft competence, memberikan kesempatan kepada pelaku usaha yang telah berhasil mengelola corporate culture & soft human capital untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman, memberikan kesempatan kepada pelaku usaha (business executives) khususnya HR executives untuk menimba pengalaman dari CEO dan Founder yang telah berhasil, memberikan kesempatan kepada peserta HR summit untuk mendalami konsep corporate culture & soft competence dan sistem vokasi untuk Industry 4.0 yang terpadu dengan link and match, program magang, Program PS PPI serta percepatan Insinyur Profesional, serta strategi dan action plan yang berkesinambungan bersama ABGC-M. (spm)
Comments are closed.