Seberapa Merusakkah Kristen Gray? (Part 3)
Oleh: William Win Yang (Pengamat Ekonomi, Politik, Sosial dan Pengarang buku Secrets of The Dragon, Dragon Slayer Strategy, How to be a Taipan)
Untuk membaca bagian sebelumnya, silahkan klik laman berikut ini
Puji-pujian Kristen Gray terhadap Bali
Diluar keindahan Bali, keramahannya, penerimaan mereka terhadap LGBT, dan harganya yang murah, Kristen menyebut Bali sebagai penyembuh.
Bali dikatakan telah menyembuhkannya dari Trauma (entah apa itu), juga orang-orang disini sangat ramah dan enak jadi sahabat. Dalam gambar sebelah ini, ditunjukan dia bersahabat dengan ibu Dewi, dimana mereka menggunakan keahlian desain grafis mreka untuk membantu si ibu membuat menu bagi restorannya.
Ada juga komunitas kulit hitam yang mana serasa seperti saudara sendiri, dimana mereka saling suport satu sama lain. Dan sebagainya. Intinya, ini adalah satu hal baik yang dilakukan oleh Kristen Gray. Dia menyatakan Bali adalah surga dunia yang dapat ditinggali dengan harga murah.
and this is a good thing!!!
Kesimpulan sementara
Sampai disini dapat kita simpulkan bahwa apa yang dilakukan Kristen Gray adalah baik. Apa yang dilakukannya, jika sebatas ini tentu saja harus didukung, bukannya dijegal. Karena jelas ini promosi gratis terhadap destinasi unggulan kita.
Selain daripada itu, ada kemungkinan alih teknologi daripada digital nomad itu kepada Indonesia. Gambar diatas menunjukan Gray si desain grafis membantu si ibu membuat daftar menu yang artistik.
Namun dalam hal lain, jika yang datang adalah teknisi IT yang sedang mengerjakan proyek outsourcing dari Google atau FB, mungkin ga dalam suatu waktu dia membagi ilmunya pada lokal, misalnya dengan mengundang pemuda lokal untuk magang bersamanya? (Wallahuallam)
Dan mungkin juga ini berkembang menjadi perusahaan outsourcing resmi yang akhirnya membayar pajak pada pemerintah.
Resiko
Pada saat saya mendiskusikan masalah ini dengan beberapa kawan yang pro pengusiran, mereka berargumen dengan adanya resiko dari membiarkan orang macam Kristen Gray, yang intinya dibagi jadi 3:
- Kedatangan turis parasit seperti si Riviera dan entrepreneur WeChat RRC
- Kedatangan turis gembel “Begpackers”
- Menjadikan Bali sebagai pusat bisnis illegal, sebagaimana yang beresiko di lakukan Sergey Konsenko yang menjual jasa keuangan di negaranya.
Yes, ini adalah resiko, dan mari kita lakukan pengawasan untuk mencegah datangnya 3 orang macam ini di bumi Indonesia. Tiga turis sampah ini adalah PR bagi dunia pariwisata dan keimigrasian Indonesia, namun tidak dengan yang dilakukan sekarang.
Baca juga: Emiten Properti Ramai-Ramai Terbitkan Obligasi
Apa yang dilakukan sekarang dalam sudut pandang saya, seolah membakar rumah karena didalamnya ada kecoa yang sulit di basmi. Kita harus lebih bijak menghadapi hal ini. Basmi 3 turis sampah ini, namun jangan sampai menghilangkan potensi digital nomad yang sangat besar.
Resiko lainnya:
- Orang asli Bali makin tersingkir
- Tanah Bali makin dikuasai dominasi asing
- Dan lain sebagainya
Well, ini adalah resiko kalau investasi besar-besaran itu datang. Namun bukan berarti kita tidak mampu mengatasinya. Sudahkah anda bertanya pada diri anda sendiri: Bagaimana caranya agar uang turisme dan investasi masuk secara massive, tapi hal tersebut tidak terjadi? Apa dengan membuat orang Bali melakukan buyback terhadap semua aset pariwisata yang mangkrak di masa pandemi ini? Atau apa? (pikir sendiri).
Baca juga: Youtube Perpanjang Larangan Trump Gunakan Akun Pribadinya
Kesalahan Kristen Gray dan hukumannya
Yang menjadi trigger kasus ini hingga menghebohkan adalah twitt Kristen Gray tentang Indonesia, yang berisi 2 hal :
- E-book tentang cara masuk ke Indonesia di masa pandemi
- Konsultasi senilai $.50 per jam, tentang bagaimana pindah dan hidup di Bali.
Well, kedua hal ini memang terdengar beresiko mendatangkan tiga jenis turis sampah yang disebutkan sebelumnya, dan perlu diawasi. Mari kita tandai ini sebagai kesalahan no 1 dari Kristen Gray.
Sedangkan kesalahan nomor dua adalah overstay (dengan asumsi dia memang belum memperpanjang masa tinggalnya – bisa saja dia sudah mendapat ijin tinggal sebelumnya namun dibatalkan karena kasus kesalahan pertama)
Untuk kesalahan yang pertama, adalah baiknya kita bersikap bijak. Karena disatu sisi membawa resiko datangnya 3 jenis turis bermasalah ke Bali, namun di sisi lainnya, jelas ini menggambarkan Bali sebagai surga dunia, dan memotivasi semua orang yang membacanya untuk hijrah ke Bali sebagai digital nomad. Ini jika disikapi dengan bijak bisa digunakan untuk mendongkrak pariwisata kita yang sedang terpuruk, terutama di masa pandemi ini.
Untuk kesalahan yang kedua, tentunya hukum harus ditegakan. Namun demikian, jika memang dia memberikan manfaat pada Bali, kenapa tidak kita maafkan dan manfaatkan? Toh FBI dan CIA senantiasa mengampuni dan melindungi para kriminal untuk bisa menangkap kriminal yang lebih besar?
Baca juga: Tegas! Kapal Asing Tidak Dapat Izin Penangkapan di Laut Indonesia
Akhir kata
Kristen Gray adalah pedang bermata dua. Satu sisi mungkin ada resikonya, namun sisi lain dia bisa dimanfaatkan untuk memulihkan ekonomi kita (terutama Bali) yang terpuruk. Dan kita bisa saja memimpin dunia dalam hal ini.
Yang ingin saya sampaikan adalah jangan buru-buru membakar rumah karena ada masalah pelik didalamnya. Ingat, Thailand sedang terang-terangan berperang memperebutkan orang-orang macam Kristen Gray dan gagal. Sementara kita malah membuang dan mengusir Gray jauh-jauh.
Jadilah bijak, dan mohon seseorang menyampaikan artikel saya ini pada Bapak Sandiaga Uno, selaku menteri Pariwisata dan ekonomi kreatif, di kala artikel ini ditulis.
Comments are closed.