Nasabah PNM Capai 10,8 Juta, Dirut Arief: GRC Diterapkan, Transformasi Tetap Jalan
BusinessNews Indonesia – Berhasil melewati krisis kala pandemi, PNM (Permodalan Nasional Madani) semakin mentereng dengan pencapaian yang luar biasa. Tercatat kini nasabah aktif PNM mencapai 10,8 juta, nilai yang terbilang tinggi jika dibanding sebelum pandemi. Padahal, pada Maret 2020 nasabah aktif PNM sempat mundur dari 6,41 juta menjadi 6,1 juta.
Atas prestasi ini, tim redaksi Majalah BusinessNews Indonesia mewawancarai secara eksklusif Direktur Utama Permodalan Nasional Madani Arief Mulyadi. Menurutnya, pencapaian yang diraih tak lepas dari penerapan GRC dan transformasi di perusahaan.
“Perseroan berkomitmen untuk terus menyempurnakan penerapan Good Corporate Governance (GCG) setiap tahun secara berkesinambungan. Sebagai bagian dari pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik, Perseroan juga secara konsisten menerapkan lima prinsip GCG, seperti transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, independensi dan kewajaran,” ungkap Arief Mulyadi, Rabu (29/09/2021) di Jakarta.
Menurut Arief, GRC (Governance, Risk, and Compliance) merupakan kebutuhan Perseroan kapanpun waktunya.
“Tidak hanya pandemi, kami sadar GRC itu penting. Bagi kami, GRC itu suatu kebutuhan. Dengan implementasi GRC kami bisa memetakan diri, apa potensi resiko yang bisa kami atasi. Transformasi itu perlu terus berjalan. Kami menyesuaikan antara mikro dan makro. Dalam sejarahnya, PNM dulu cuma puluhan ribu dan sekarang bisa mencapai 10,8 juta,” terangnya.
Sejak awal, PNM memang memiliki karakteristik khas yang tidak hanya fokus pada pembiayaan, namun juga pada pembinaan nasabah.
“PNM lahir tahun pada tahun 1999 sebagai respon pemerintah kala krisis moneter. Saat itu BJ. Habibie memberikan nama Madani untuk menerapkan ekonomi kerakyatan. Kami memegang amanah tersebut, hingga kini PNM memberikan tiga modal untuk mendorong kemajuan usaha nasabah yaitu modal finansial, modal intelektual dan modal sosial,” terang Arief.
Modal finansial merupakan dua produk pembiayaan yang diperuntukkan bagi UMKM di Indonesia. Yang pertama adalah PNM Mekaar (Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera) yaitu layanan pinjaman modal untuk perempuan prasejahtera pelaku usaha Ultra Mikro dengan perlakuan pembiayaan secara berkelompok. Kedua adalah PNM UlaMM (Unit Layanan Modal Mikro) yang melayani usaha mikro dan kecil dengan pola perorangan.
Modal intelektual adalah pendampingan, program-program pemberdayaan yang dilakukan seperti pembentukan mental usaha, pelatihan pembukuan sederhana, repackaging, pemasaran, bantuan teknologi tepat guna, dan lainnya.
Sementara modal sosial berupa pembentukan jaringan pemasaran, bersinergi dengan pemerintah, lembaga profesional, bantuan perizinan, konsultasi usaha, dan lainnya.
Arief Mulyadi, Dirut PNM yang Arif
Dalam wawancara eksklusif ini, Arief mengisahkan budaya kerja yang berkembang di lingkungkan Perseroan. Sebagai BUMN, PNM menerapkan motto BUMN ‘AKHLAK’ yang merupakan akronim dari Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif. Selain itu, Arief menunjukkan sikap yang ramah serta adaptif terhadap karyawan dan seluruh nasabah.
“Di sini saya turut memastikan perkembangan karyawan dan nasabah. Prinsipnya, perusahaan harus sustain, nasabah pun harus sustain,” imbuh Arief.
Dalam lingkungan Perseroan, Arief beradaptasi dengan gaya milenial yang merupakan mayoritas dari insan PNM. Tercatat 99,5 % insan PNM merupakan milenial serta mayoritas perempuan, sehingga value purpose-nya tinggi untuk kinerja perusahaan.
“Milenial itu energik, semangatnya tinggi, maka kata-kata yang sering saya sampaikan itu ‘Jangan Baper Harus Kepo’,” ungkapnya.
Ia juga mencontohkan interaksi insan PNM dengan nasabah yang cair dan telaten. Ungkapnya, mayoritas nasabah PNM merupakan nasabah pra-sejahtera, sehingga Perseroan tidak meninggalkan model pembiayaan dan pembinaan yang konvensional, yang mengedepankan kekeluargaan.
“Kami tetap mempertimbangkan digitalisasi, namun juga tetap melakukan pembinaan dengan telaten. Dalam survei, di antara 6 juta nasabah PNM ternyata hanya 1 juta nasabah yang punya HP. Dan dari 1 juta itu, hanya sekitar 400 ribu yang memiliki smartphone,” terang Arief.
Dengan kendala seperti ini, konsep pembinaan yang terbagi dalam beberapa kelompok masih dibilang efektif. Meski demikian, sebagian ada yang berhasil memasarkan usaha secara digital. Arief mencontohkan ada nasabah yang kreatif untuk mengajak kelompoknya menjual produk usaha secara kolektif.
“Di Blora dan Cirebon ada nasabah kami yang kreatif. Dia bisa digital, dan justru menggandeng temannya untuk jualan bersama di marketplace. Ini menunjukkan adanya gotong royong yang alami di lingkungan nasabah,” imbuhnya.
Di akhir wawancara, Arief kembali mengatakan pentingnya penerapan GRC dan transformasi tiada henti agar goals perusahaan tercapai. Adapun salah satu bukti transformasi digital PNM yang ditunjukkan kepada tim redaksi Majalah BusinessNews adalah penggunaaan Dashboard Pusat di ruangan Monitoring Data Center PNM di Lantai 1 Menara Taspen, Jakarta. (ZA)
Baca juga: Nasabah PNM Purwakarta Didorong untuk Go Digital
Baca juga: Kemendag Luncurkan Trade Expo Indonesia (TEI) ke-36 untuk Hidupkan Kembali Perdagangan Global
Comments are closed.