PLN Akan Konversi Pembangkit Listriknya Menuju Model Ramah Lingkungan
BusinessNews Indonesia – Direktur Megaproyek PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), M Ikhsan Asaad, mengatakan bahwa perusahaan akan mengonversi Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang ada menjadi pembangkit berbasis energi baru terbarukan (EBT).
Ikhsan menuturkan bahwa konversi tersebut akan dilakukan dalam tiga tahap dimana dalam tahap pertama perseroan akan mengonversi 200 PLTD. PLTD tersebut nantinya akan diubah menjadi pembangkit surya dan beberapa akan dipadukan dengan baterai.
“Sebab PLTS ini kan tantangannya intermiternnya itu, jadi memang kita akan back up dengan baterai. Saat ini memang tantangannya baterainya masih mahal. Tapi ke depan semakin maju teknologi maka semakin murah dan makin kompetitif,” tutur Ikhsan, dikutip dari Republika (12/3).
Pada tahap ke-2, akan dilakukan pada tahun depan dengan mengonversi 500 PLTD yang ada. dalam mengonversi 500 PLTD di tahun depan, kata dia, masih terus dikaji mengenai EBT apa yang cocok. Untuk tahap 3 rencananya akan dilakukan pada tahun 2023 dengan mengonversi 1.300 PLTD.
“Tahap 2 dan 3 memang kita tidak pasang semuanya PLTS. Tapi tergantung potensi daerah masing-masing seperti apa,” kata dia menambahkan.
Dalam kesempatan tersebut, Ikhsan turut menuturkan berbagai tantangan dalam melakukan konversi tersebut. Salah satunya yang menjadi tantangan adalah mengenai masalah lahan.
“Kalau 1 MW itu aja butuh 1 hektare. Makanya kami juga coba manfaatkan waduk dan danau buatan yang di bawah PUPR agar bisa menjadi PLTS terapung,” tuturnya.
Baca juga: BSI Akan Tambah Modal Melalui Right Issue Hingga 2023
Baca juga: Sandiaga Dukung Rencana Holding BUMN Pariwisata
Ikhsan turut menerangkan bahwa pada beberapa daerah yang remote, pihaknya melihat potensi air yang dapat digunakan. Menurutnya, pembangunan PLT Mini Hydro bisa menjadi pilihan di daerah terpencil namun juga harus mempersiapkan infrastruktur pembangunan karena di wilayah yang jauh.
Mengenai pembangunan PLTP, potensinya memang sangat besar. Namun, tantangannya adalah biaya investasi yang besar dan risiko yang tinggi sehingga perseroan harus menghitung dengan cermat masalah peluang dan risikonya.
Untuk pembangkit listrik tenaga bayu/angin (PLTB) sendiri, Ikhsan mengatakan bahwa wilayah Indonesia khususnya daerah tepi pantai memiliki potensi tersebut. Namun, perlu dihitung terlebih dahulu mengenai stabilitas kecepatan anginnya. (W/ZA)
Baca juga: Siap-siap! Facebook akan Gaji Pembuat Konten Video Viral di Lamannya
Baca juga: Malaysia Berencana Buat Aturan Koridor Perjalanan dengan RI Demi Pulihkan Pariwisata
Comments are closed.