Mengenal Suku Baduy yang Sangat Cinta Hidup Sehat dan Lingkungan
BusinessNews Indonesia – Suku Baduy sudah dikenal kalangan internasional sebagai masyarakat yang hidupnya menyatu dengan alam. Sangat mencintai hidup yang sehat dan menjaga lingkungan agar tetap asri.
Suku Baduy terletak di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Suku ini terbagi pada dua bagian, yakni Baduy Luar dan Baduy Dalam. Keduanya sama-sama sangat menghormati dan menjaga adatnya dari generasi ke generasi seterusnya.
Di masa pandemi Covid-19, Puskesmas Cisimeut, Kecamatan Leuwidamar, menyatakan tidak ada kasus infeksi virus corona di Suku Baduy.
“Selama sembilan bulan terakhir warga Baduy nol kasus Covid-19,” kata Iton Rustandi, petugas Puskesmas Cisimeut di Lebak, Minggu 24 Januari 2021.
Suku Baduy tunduk kepada arahan pimpinan mereka, yang disebut dengan “jaro”. Para jaro mengimbau warga Baduy menerapkan protokol kesehatan dengan memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan. Tetua adat juga melarang masyarakat Baduy ke luar daerah, terutama zona merah Covid-19.
Bagi warga Baduy yang merantau dan akan kembali ke rumah, maka dia harus memeriksakan diri dulu di puskesmas terdekat.
Suku Baduy yang tinggal di Pegunungan Kendeng dengan luas 5.100 hektare bermukim di 65 perkampungan. Jumlah warga Baduy sekitar 11.600 jiwa. Dari sisi kesehatan, masyarakat Suku Baduy aktif bergerak.
Para pria dewasa mengolah lahan pertanian dan ternak, sementara kaum perempuan mengurus segala kebutuhan rumah tangga. Mereka melakukan semua aktivitas dengan berjalan kaki.
Masyarakat Baduy membatasi interaksi dengan orang luar. Mereka juga selalu mengingatkan siapapun yang masuk ke perkampungan Suku Baduy agar menghormati kebiasaan dan adat istiadat masyarakat setempat.
Suku Baduy tidak memakai sabun saat mandi dan tidak pula menggunakan detergen untuk mencuci pakaian. Sebabnya, mereka tak ingin mencemari air yang menjadi sumber kehidupan.
Suku Baduy menjaga kebersihan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan dan tidak asal-asalan menebang pohon. Mereka membatasi diri dari teknologi. Tiada televisi, radio, apalagi gadget di rumah-rumah penduduk.
Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara, Rezi Erdiansyah mengatakan Suku Baduy sangat berhati-hati atas segala sesuatu yang baru.
“Kalau mereka menganggap hal baru itu akan mengganggu kultur, maka pasti ditolak,” katanya. Tak peduli bagaimana masyarakat luar melihat kehidupan Suku Baduy, mereka membuktikan kecintaan pada alam menuntun pada kesehatan dan kesejahteraan.
Baca juga: Efek Samping Vaksin Covid-19, Menkes: Jadi Ingin Banyak Makan
Baca juga: Suntik Dosis Kedua Vaksin Covid-19, Jokowi: Terasa Pegal-pegal Saja
(ed.AS/businessnews.co.id/tempo.com).
Comments are closed.