Travel_Insurance-Jasindo

DBS Metal and Mining Forum 2025 Bahas Transformasi Pertambangan Nasional

Jakarta, businessnews.co.id – Dengan alam yang kaya akan nikel, tembaga, hingga bauksit, Indonesia memainkan peran kunci bagi lahirnya industri masa depan, termasuk kendaraan listrik hingga solusi energi rendah karbon. Di sisi lain, dinamika geopolitik serta ketidakpastian pasar global menuntun sektor pertambangan nasional memasuki fase transformasi yang semakin kompleks. Menanggapi dinamika tersebut, DBS Bank Ltd (Bank DBS) menggelar The 4th Metal and Mining Forum 2025: Forging Global Connections sebagai wadah bagi para pemimpin industri di seluruh value chain, dari hulu hingga hilir, untuk membahas tantangan sektor yang krusial, perkembangan regulasi, serta tren terbaru sektor logam dan mineral. Forum berbasis industri ini juga menjadi ruang pertukaran pengetahuan dari para ahli di kawasan Asia sekaligus mendorong masuknya investasi asing langsung (FDI) ke Indonesia.

Pemerintah Indonesia menetapkan 47 komoditas sebagai “mineral kritis” karena perannya yang penting bagi pembangunan ekonomi dan pertahanan nasional. Komoditas ini rentan terhadap gangguan pasokan dan belum memiliki alternatif yang memadai, namun tetap menjadi tulang punggung transformasi teknologi global serta menyumbang sekitar 10-11 persen dari PDB nasional. Dalam konteks ini, hilirisasi menjadi kunci, dengan fokus pada peningkatan nilai tambah bijih nikel, tembaga, bauksit, dan berbagai komoditas lainnya.

“Industri mineral global kini menghadapi tekanan dari fragmentasi pasar dan pergeseran geoekonomi. Hambatan perdagangan sejak 2024 paling terasa pada mineral kritis dengan konsentrasi pasokan tinggi, diperparah oleh penerapan tarif impor AS terhadap nikel, seng, dan kobalt, serta pembatasan ekspor logam tanah jarang oleh Tiongkok. Kondisi tersebut mengancam prinsip ‘hukum harga tunggal’ dan mendorong perbedaan harga antar pasar. Di tengah peristiwa tersebut, tantangan ‘trilemma energi’ muncul: bagaimana memastikan keterjangkauan, keandalan, dan keberlanjutan tercapai secara bersamaan agar stabilitas energi tetap terjaga,” ujar Managing Director, Global Head of Metals and Mining, DBS Bank Ltd Mike Zhang.

Kendati kondisi global yang tengah menantang, permintaan logam masih tetap kuat di berbagai komoditas. Dalam satu dekade mendatang, kebutuhan investasi pertambangan diperkirakan mencapai USD 3,5 triliun, dengan Amerika Latin menyumbang sekitar seperempat dari total belanja modal global. Fokus belanja modal ini tetap terkonsentrasi pada tembaga (35%) dan emas (17%), disusul batu bara (14%) dan bijih besi (12%), mencerminkan bahwa sektor mineral tetap menarik meski menghadapi tekanan geopolitik.

“Sentimen industri dalam negeri terus membaik, didorong oleh permintaan yang lebih kuat dan meningkatnya belanja pemerintah. Dengan ruang kebijakan yang masih dimiliki pemerintah dan bank sentral, pertumbuhan ekonomi berpotensi tetap terjaga. Ke depan, perkembangan kebijakan domestik, khususnya fiskal, akan menjadi katalis penting bagi pasar,” ujar Senior Economist DBS Bank Radhika Rao.

Arus Investasi Asing Menguat, Prospek Pengembangan Industri Nasional Kian Cerah

Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia muncul sebagai salah satu destinasi utama investasi dari Tiongkok dan Hong Kong. Investasi Tiongkok yang pada 2015 baru mencapai USD 0,6 miliar kini melonjak menjadi USD 8,1 miliar pada 2024. Secara kumulatif, investasi yang masuk pada periode Januari 2019 hingga September 2024 mencapai USD 34,19 miliar atau sekitar 18 persen dari total FDI Indonesia. Kenaikan signifikan ini menegaskan semakin eratnya hubungan ekonomi kedua negara, dengan sektor logam dan pertambangan menjadi pendorong utama di balik aliran investasi tersebut.

“Industri logam dan mineral tengah memasuki fase transformasi yang menuntut efisiensi sumber daya, ketahanan rantai pasok, dan kemampuan membaca dinamika pasar global dengan jauh lebih presisi. Dalam konteks ini, pelaku usaha membutuhkan mitra yang tidak hanya memahami kompleksitas industri, tetapi juga mampu memberikan perspektif yang tajam dan berorientasi ke depan. Sebagai mitra tepercaya untuk mendorong pertumbuhan bisnis, Bank DBS tak hanya menyediakan solusi pembiayaan, tetapi juga analisis pasar yang mendalam dan relevan agar nasabah dapat mengambil keputusan finansial yang tepat sekaligus memperkuat posisi Indonesia di pasar global,” ucap Head of Institutional Banking Group PT Bank DBS Indonesia Anthonius Sehonamin.

Dengan wawasan mendalam di 14 sektor, termasuk logam dan mineral, serta pengalaman dalam membiayai berbagai proyek strategis di koridor Tiongkok–ASEAN, Bank DBS Indonesia memiliki rekam jejak yang kuat dalam mendukung transformasi perusahaan di berbagai tahap rantai nilai. Dukungan ini diperkuat oleh solusi digital RAPID dan IDEAL yang mempermudah proses treasury dan trade, serta kehadiran regional yang menghubungkan Indonesia ke dalam arus perdagangan dan investasi.

Comments are closed.