Jakarta, businessnews.co.id – Menjelang Hari Kemerdekaan Indonesia ke-80, Vero Indonesia mengumpulkan para pakar dari dunia marketing, PR, dan digital dalam sebuah workshop yang membahas satu pertanyaan penting: “Bagaimana cara brand memenangkan hati dan pikiran Gen Z?”
Bersama dengan para pembicara dari TikTok, GoPay dan Mantappu, workshop ini mengangkat tema “Bagaimana Brand Bisa Tampil Menonjol di Kalangan Gen Z saat Hari Kemerdekaan, Lebih dari Sekadar Promosi”, dan menghadirkan para pakar di bidang komunikasi dan marketing dari berbagai brand dan perusahaan ternama. Dengan Gen Z yang mencakup lebih dari 27% populasi Indonesia, sesi ini membahas cara-cara menjalin keterlibatan dengan generasi digital-native menjunjung tinggi nilai dan makna, terutama di salah satu momen budaya yang paling penting dalam setahun.
“Kuncinya adalah keaslian yang apa adanya,” ujar Chatrine Siswoyo, Senior Advisor ASEAN di Vero. “Gen Z ingin brand yang terasa manusiawi. Mereka nyambung dengan tujuan, bukan sekadar kemasan yang sempurna. Momen Hari Kemerdekaan sangat tepat bagi brand untuk menunjukkan sesuatu yang lebih dari nasionalisme — yaitu cerita nyata, nilai-nilai yang mereka percaya, dan kedekatan dengan komunitas.”
Riset juga mendukung perubahan perilaku Gen Z di Indonesia. Berdasarkan studi global dan regional:
- 70% Gen Z Indonesia lebih menyukai konten yang informatif dan mendalam dan 68% menggunakan TikTok Live untuk berinteraksi secara real-time (IDN Indonesia Millennial and Gen Z Report, 2025).
- Konten buatan pengguna (User-Generated Content/UGC) memiliki tempat spesial di hati Gen Z Indonesia. Bagi mereka, UGC adalah cara untuk mengekspresikan diri, terhubung dengan orang lain, dan membangun kepercayaan yang tulus terhadap brand. Gen Z menginginkan keaslian dan tidak puas hanya menjadi Mereka ingin ikut menciptakan, berbagi, dan terlibat dalam percakapan (IDN Indonesia Millennial and Gen Z Report, 2025).
- 61% Gen Z di dunia cenderung lebih mendukung brand yang sejalan dengan nilai-nilai pribadi mereka (us, 2025).
- 60% lebih memilih membeli dari brand yang mendukung isu sosial atau tujuan yang mereka pedulikan (us, 2025).
- Di Asia Tenggara, lebih dari 70% Gen Z di Indonesia dan Filipina mengharapkan brand untuk bersuara terhadap isu-isu sosial (ContentGrip, 2025).
Jehian Panangian Sijabat, CEO Mantappu Corp, menambahkan, “Melayani niche saja tidak cukup. Brand perlu melayani hyper-niche — apakah itu gamer Gen Z, pejuang lingkungan, atau mereka yang suka pakai bahasa gaul daerah. Di situlah letak kekuatan membangun loyalitas.”
Sementara itu, Sasha Sunu, Head of Brand Marketing GoPay, mengajak brand untuk berpikir lebih dari sekadar promosi: “Tanya dulu ke diri sendiri kampanyemu bisa menjadi bahan obrolan atau tidak? Kreativitas yang terasa dekat dan relevan adalah yang membuat orang ingin ikut ngobrol, dan obrolan adalah mata uang baru.”
Acara ini menghadirkan sesi diskusi kelompok, di mana para peserta berkolaborasi untuk merancang ide kampanye, berbagi praktik terbaik, dan membangun koneksi dengan sesama profesional di industri.
Chatrine menambahkan, “Sudah saatnya kita tidak sekadar berbagi data, tetapi mulai berkomunikasi lewat konten ringan yang bahasanya dekat dengan Gen Z, agar mereka benar- benar memahami dampaknya bagi diri mereka sendiri.”
Selain itu, Vero juga memperkenalkan Microfluent, platform influencer dan engagement komunitas yang memadukan dinamika komunitas, pemahaman budaya, dan strategi influencer untuk mendorong percakapan, membangun kepercayaan, serta menciptakan interaksi yang bermakna.
Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian sesi industri yang secara rutin diselenggarakan oleh Vero Indonesia, dengan tujuan mempertemukan para profesional PR dan marketing untuk membahas tren terbaru, perubahan perilaku konsumen, serta strategi kreatif yang relevan dengan pasar Indonesia. Melalui inisiatif ini, Vero berkomitmen membangun ekosistem brand yang lebih terhubung dan berbasis insight di seluruh kawasan Asia Tenggara.

Comments are closed.