Digital Mindset & DNA Digital, Kunci Transformasi Human Capital Bank Mandiri
BusinessNews Indonesia – Sudah tak diragukan lagi, di era disrupsi saat ini model pakem bisnis zaman dulu kini tak dapat lagi diandalkan sepenuhnya. Sedari itu, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk melalui divisi Human Capital-nya menitik-beratkan pada pengembangan budaya ‘Leadership Characteristics via digital mindset dan DNA digital’ bagi para employer khususnya guna menghadapi masa Volatility, Uncertainity, Complexity, dan Ambiguity (VUCA).
“Tak dipungkiri bahwa transformasi digital ini menimbulkan pelbagai lini kehidupan dan bisnis mengalami perubahan yang cepat, baik pada sektor lifestyle, hotel, transportasi, telekomunikasi, dan tak ketinggalan pada sektor jasa keuangan, khususnya perbankan. Inilah yang menjadi titik tantangan kita, bagaimana me-redesign seperti apa model bisnis masa depan yang harus dijalankan agar terus sustainable,” ujar GH HC Strategy & Talent Management PT Bank Mandiri Steven A. Yudiyantho saat memaparkan materi presentasinya di acara penjurian virtual Digital Marketing & Human Capital (DMHC) Award 2020, di Jakarta, Senin (20/10/2020).
Selain tantangan eksternal seperti digitalisasi yang terus menjamur (fintech), VUCA, perebutan talent, dan sektor demografi, Mandiri juga memiliki tantangan yang tak kalah sulitnya dari internal. Misalnya pada sisi fokus, Bank Mandiri terlalu banyak fokus segmen pemasaran, mulai dari segmen korporate sampai kelas mikro.
Banyaknya jenis usaha yang berbeda-beda pada anak perusahaan Mandiri, cara berfikir target bukan keberlangsungan bisnis, dan kesulitan mempersiapkan human capital yang langsung menyesuaikan mindset digital, juga merupakan tantangan tersendiri di tubuh bank terbesar di Indonesia dengan aset Rp 1.318,2 triliun (2019) itu.
“Maka dari itu, kita memerlukan strategi khusus agar Mandiri menjadi wholesale bank juga beyond lending. Selain juga menjadi penguasa SME & Micro, serta modern-digital retail bank”, kata Steven pada penjurian DMHC Award 2020 yang diselenggarakan oleh Majalah BusinessNews Indonesia bekerjasama dengan IMA (Indonesia Marketing Association) dan FHCI (Forum Human Capital Indonesia) dengan mengusung tema “Transforming Human Capital Value through Digital Marketing” itu.
Ia mengungkapkan bahwa bank yang kini memiliki laba Rp 27,5 triliun pada tahun 2019 itu perlu mereposisi dan memperkuat digital mindset serta budaya pada setiap Mandirian (sebutan untuk para pegawai Bank Mandiri).
Setidaknya setiap Mandirian harus memiliki digital mindset yang meliputi empat hal berikut: Digitize internal platform, develop digital-native products, modernize distribution channels, danleverage digital ecosystem.
“Bank Mandiri juga mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) dengan tujuan membangun talent yang memiliki digital mindset dan DNA digital. Transformasi digital itu juga diikuti oleh risk management yang kuat, security operation center yang handal dan pengembangan organisasi yang ketat dan terstruktur,” kata Steven di hadapan para jadi dewan juri sepert: Ir. Haryono MSc. (Bioinformatics and Data Science Research Center, Binus University), Dr. Dewi Hanggraeni, SE, MBA, CA, CACP.(Lecturer at Faculty of Economics and Business, University of Indonesia), Sofyan Rohidi, MM (Executive Director of Forum Human Capital Indonesia (FHCI), Priyantono Rudito, Ph.D (Executive Director of Co-Branding at Ministry of Tourism Republic of Indonesia). dan Ir. Irnada Laksanawan MSc.Eng(MBM), PhD (Chairman for Digital Marketing & Human Capital Award 2020).
Karakteristik Budaya dan Leadership Mandirian
Pada kesempatan yang sama, Votivia Mardinna selaku DH Strategy PT Bank Mandiri menjelaskan bahwa misi dari Human Capital itu adalah bagaimana membentuk para Mandirian bekerja super happy dan super produktif demi keberlangsungan bisnis perusahaan.
Untuk mencapai tujuan itu, Votivia memaparkan perlunya tiga elemen desain strategi HC berikut untuk mewujudkannya: Pertama, Employer Value Proposition & Culture. Fondasi pengembangan Human Capital Mandiri didasarkan atas purpose untuk membangun budaya AKHLAK Mandirian serta mewujudkan Bank Mandiri sebagai tempat bekerja yang memberikan kesempatan (Employer Value Proposition) untuk belajar, bertumbuh, bersinergi sehingga dapat berkontribusi bagi Mandiri dan Indonesia.
Kedua, Human Capital Life Cycle. Employer Value Proposition (EVP) diwujudkan dengan mengelola seluruh tahapan siklus dalam employee experience life cycle sejalan dengan Corporate Plan Bank, sejak struktur dan kapasitas organisasi didesain, pegawai direkrut, onboard, diapresiasi, dikembangkan hingga retire & exit.
Ketiga, Human Capital Platform. Pengelolaan Human Capital Life Cycle dilakukan melalui strategi yang mendukung operating model yang dilengkapi teknologi dan analytics serta leader yang turut bertanggung jawab dalam pengelolaan Human Capital.
“Jadi para Mandirian dituntut untuk memahami dan berprilaku sebagaimana budaya yang dikembangkan perusahaan, yakni satu hati satu Mandiri yang berarti seorang karyawan haruslah lebih mengutamakan kepentingan urusan perusahaan dibanding pribadi. Juga harus lebih empati dan menghargai urusan perusahaan. Di samping itu juga harus berkolaborasi dalam mengerjakan sesuatu agar mudah diselesaikan,” ujarnya.
Seorang Mandirian tangguh dalam arti berperilaku sesuai code of conduct & business ethics, pola pikir pembelajar, kerja cerdas, gesit (agile), adaptif dan solutif, serta intrapreneurship. Mandirian harus tumbuh sehat: Menekankan untuk berfikir dan bertindak seimbang dan berorientasi pada kesinambungan. Mandirian harus mengutamakan pemenuhan kebutuhan pelanggan. Dalam artian harus mendalami dan memenuhi kebutuhan pelanggan, juga menjaga hubungan dengan dengan baik agar pelanggan happy. Terakhir harus bersama-sama membangun negeri tercinta Indonesia. Jadi apa yang kita lakukan itu tak semata-mata untuk diri sendiri, melainkan juga untuk berkontribusi pada bangsa.
Adapun seorang Mandiran ketika berpikir dan bertindah haruslah mengacu pada karakteristik leadership yang dikembangkan perusahaan. Mandirian dalam fikir haruslah strategic:, yakni memahami dan mengaitkan berbagai aspek secara komprehensif dan berkesinambungan dalam bekerja serta pengambilan keputusan dan memecahkan masalah. Kedua, berpikir tentang customer obsession, yakni memenuhi kebutuhan pelanggan dengan mengutamakan solusi praktis untuk memberikan pengalaman terbaik. Yang ketiga harus berpikir intrapreneurship, yakni aktif dalam mencari, dan memanfaatkan peluang secara inovatif, antisipatif dan tanggap terhadap perubahan seperti layaknya pemilik organisasi.
Begitupun ketika berhubungan dengan orang lain, Mandirian harus bersikap collaborative, yaitu aktif melibatkan diri dan berinteraksi secara intensif dan produktif berkontribusi demi kepentingan Bank Mandiri. People focus, mengembangkan potensi team dan membentuk pemimpin masa depan. Terakhir stakeholder management, yakni membangun relasi dan mengelola ekspektasi pemangku kepentingan.
Di samping itu, ketika bertindak haruslah berorientasi pada hasil. Yakni harus purposeful: Memaknai pekerjaan untuk memberikan kontribusi terbaik untuk Mandiri dan menebar kebaikan bagi Negeri. Accountability : Bertanggung jawab dalam menjalankan pekerjaan dengan integritas sesuai dengan code of conduct dan etika bisnis. Drive execution : Mendorong eksekusi dengan hasil yang melampaui ekspektasi dan berkesinambungan. Dan tough learner, yakni gigih, pantang menyerah dan mampu menghadapi kegagalan secara positif serta berani menghadapi tantangan, memiliki rasa ingin tahu untuk terus mengembangkan diri.
“Di samping itu, Mandirian juga dituntut untuk selalu belajar agar hasil yang didapat sangat memuaskan dengan akselerasi pengembangan kompetensi berbasis Learning 5.0. Ini penting untuk membangun keunggulan bersaing di era VUCA ini. Hal ini kita lakukan dengan cara menanamkan Mindset & Culture pembelajar yang tangguh, menjalankan program “Learning By Doing” (Fire Test), dan menyediakan sarana digital learning infrastructure” tegas Via. (.AS/businessnews.co.id)
Comments are closed.