Pertamina Tunjukan Kemajuan Strategi Transformasi Energi untuk Wujudkan Net Zero Emission 2060
JAKARTA, businessnews.co.id – Dalam upaya mencapai target Net Zero Emission 2060, PT Pertamina (Persero) telah mengeksplorasi serangkaian program yang menunjukkan kemajuan signifikan. Capaian ini terungkap saat Pertamina memamerkan inisiatifnya di Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa 2023 (COP 28) di Uni Emirat Arab.
Dalam presentasinya di acara tersebut, Senior Vice President Research and Technology Innovation Pertamina, Oki Muraza, menjelaskan bahwa perusahaan telah mengubah trilema energi menjadi peluang yang akan memenuhi kebutuhan energi yang terus meningkat.
Pertamina aktif mengembangkan sumber energi baru dan terbarukan (EBT), seperti bioenergi dan geotermal. Langkah-langkah inovatif ini telah membantu Pertamina mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 31 persen sejak 2010 hingga 2022. Keberhasilan ini tercermin dalam peningkatan peringkat ESG Pertamina menjadi 22,1 pada tahun 2022.
“Di tahun 2022 peringkat ESG Pertamina naik menjadi 22,1. Pertamina menempati posisi ke-2 untuk kategori industri minyak dan gas terintegrasi. Peringkatnya naik signifikan dari tahun 2021, ini capaian yang sangat membanggakan,” ungkap Oki.
Upaya pengurangan emisi Pertamina terdiri dari berbagai strategi, termasuk pengurangan gas buang, penangkapan metana, dan efisiensi energi. Pengurangan emisi tersebut mencakup penggunaan bahan bakar gas, efisiensi energi, dan berbagai kegiatan lainnya.
Selain itu, Pertamina fokus pada teknologi Carbon Capture and Storage (CCS) serta Carbon Capture, Utilisation, and Storage (CCUS). Perusahaan telah melakukan kolaborasi untuk mengembangkan sembilan lokasi penangkapan karbon di beberapa wilayah di Indonesia.
Pertamina juga tengah mengembangkan green refinery di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, dengan dua fase pengembangan. Proyek ini menggunakan minyak sawit yang dimurnikan dan menghasilkan bahan bakar rendah emisi. Teknologi ini juga memanfaatkan sumber daya potensial, seperti sorgum dan bakau nipah, untuk pengembangan bioetanol.
Tak hanya itu, Pertamina terus mengembangkan geothermal di beberapa wilayah di Indonesia. Tahun 2023, kapasitas operasional produksi geothermal mencapai 672,5 megawatt (MW), dan Perusahaan berencana menambah kapasitas ini menjadi 340 MW dalam dua tahun ke depan.
Selain pembangunan energi baru dan terbarukan, Pertamina juga mendorong dekarbonisasi sektor transportasi melalui pengembangan biofuel dan teknologi hidrogen di beberapa klaster.
Upaya Pertamina dalam mendukung transisi energi dan pengurangan emisi sangat mengandalkan kolaborasi, pengembangan teknologi, dan dukungan regulasi. Langkah ini sejalan dengan target Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC) Indonesia dalam mengurangi emisi dan peningkatan kapasitas energi bersih.
Comments are closed.