NCC 2024

BI Kerek Suku Bunga Acuan, Katalis Positif buat Reksa Dana Pasar Uang?

JAKARTA, businessnews.co.id – Bank sentral Indonesia memutuskan untuk mengerek tingkat suku bunga guna mengantisipasi perlambatan ekonomi global. Sebelumnya pada 19 Oktober 2023, Bank Indonesia (BI) mengumumkan untuk menaikan suku bunga acuan menjadi 6%.

“Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18 dan 19 Oktober 2023, memutuskan untuk menaikan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi enam persen,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dikutip Senin, 30 Oktober 2023.

Perry menerangkan, suku bunga deposit facility pun turut naik sebesar 25 bps menjadi 5,25%. Sementara suku bunga untuk lending facility ditetapkan masih sama, yakni 6,75%.

Kenaikan suku bunga dianggap BI penting guna menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan tingkat inflasi. Disebutkan Perry, situasi dan kondisi ketidakpastian dunia yang belakangan meningkat berpotensi mengganggu ketahanan perekonomian negara dunia.

Hal tersebut juga sebelumnya disinggung oleh Center Economic and Law Studies (CELIOS). Direktur CELIOS Bhima Yudhistira mengungkapkan bahwa tekanan eksternal akibat konflik geopolitik Rusia dan Ukraina, ditambah Israel dan Hamas dapat memicu pelemahan rupiah.

Namun begitu, risiko tersebut disebutnya masih dapat dimitigasi oleh langkah BI dengan meningkatkan tingkat suku bunga acuan. Lebih dari itu, kondisi neraca perdagangan RI yang tercatat surplus, besaran cadev (cadangan devisa) yang terjaga dapat memperkuat ketahanan eksternal perekonomian Indonesia.

Sementara itu, tingkat suku bunga yang meningkat menjadi katalis positif bagi sejumlah instrumen investasi. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh seorang Financial Advisor, Felicia Putri Tjiasaka. Dirinya mengungkapkan, suku bunga yang tinggi membuat para investor beralih dari instrumen investasi berisiko tinggi ke produk investasi berisiko rendah.

“Uang pindah dari high risk assets seperti kripto, saham ke low risk assets seperti deposit dan obligasi. Tingkat suku bunga yang tinggi membuat aset dengan risiko rendah lebih menarik karena dijamin oleh LPS (Lembaga Penjamin Simpanan),” katanya dalam unggahan di akun instagramnya @feliciaputritjiasaka dikutip Senin, 10 Oktober 2023.

Lebih lanjut, Felicia pun juga menyoroti prospek instrumen investasi reksa dana. Menurutnya reksa dana dengan jenis pasar uang akan kecipratan sentimen positif dari meningkatnya suku bunga.

“Return SBN (Surat Berharga Negara) ritel dan RDPU (Reksa Dana Pasar Uang) harusnya lebih tinggi. Sedangkan return obligasi dan RDPT (Reksa Dana Pendapatan Tetap) bakal agak turun sedikit, karena harga obligasi itu berbanding terbalik dengan suku bunga,” terangnya.

Comments are closed.