NCC 2024

PLN Bangun Ekosistem Biomassa untuk Energi Bersih dan Ekonomi Kerakyatan

Jakarta, BusinessNews Indonesia – PT PLN (Persero) tengah mengembangkan ekosistem biomassa sebagai alternatif pengganti batu bara secara end to to end yang berbasis ekonomi kerakyatan. Hal ini dilakukan bukan hanya untuk mengurangi emisi dan mencapai Net Zero Emissions (NZE) pada tahun 2060, tetapi juga untuk menciptakan lapangan kerja baru untuk masyarakat.

Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menyatakan bahwa komitmen PLN dalam program co-firing ini melibatkan masyarakat dalam membangun ekosistem energi yang didasarkan pada ekonomi kerakyatan.

“Komitmen PLN dalam transisi energi melalui program co-firing ini, tidak hanya untuk menekan emisi tetapi juga melibatkan masyarakat sebagai upaya membangun ekosistem energi berbasis ekonomi kerakyatan,” ucap Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo dalam keterangan di Jakarta, Minggu (24/09/23).

PLN telah memulai program co-firing di beberapa pembangkit listrik tenaga uap sejak tahun 2021. Dalam proses ini, PLN melalui subholding PLN Energi PrimerIdonesia (EPI) memenuhi kebutuhan biomassa melalui keterlibatan masyarakat dengan pendekatan melibatkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan biomassa.

Direktur Biomassa PLN EPI, Antonius Aris Sudjatmiko, menjelaskan bahwa strategi pemenuhan biomassa saat ini mengoptimalkan sumber daya lokal dan partisipasi masyarakat. Hal ini bertujuan untuk menggali potensi besar biomassa Indonesia, yang tersebar di berbagai wilayah, mencapai 500 juta ton per tahun. Target PLN EPI adalah memenuhi pasokan biomassa sekitar 10,2 juta ton per tahun pada tahun 2025.

“Jadi pemberdayaan masyarakat itu suatu keharusan. Bahkan kita tidak menyebutnya pemberdayaan masyarakat tapi memang keterlibatan masyarakat. Sekarang kita menjadikan masyarakat sebagai objek, sebagai pengguna energi tapi sekarang mereka menjadi produsen energi, mereka sebagai pengelola energi. Itulah yang menjadi mitra utama kami untuk biomassa,” ujar Aris.

Selain itu, PLN EPI dalam pengembangan biomassa ini tak hanya berfokus untuk rantai pasok energi tetapi juga bertujuan menyerap lapangan kerja selaras dengan prinsip Environmental, Social and Governance (ESG).

Aris menyebutkan pengembangan biomassa untuk co-firing PLTU terbukti mampu menyerap tenaga kerja masyarakat baik wilayah sekitar pembangkit maupun kaum marginal di berbagai daerah.

Menurutnya, untuk satu ton biomassa mampu menyerap sekitar 10 orang tenaga kerja.

“Contoh di Aceh kami menggerakkan masyarakat lokal, kebanyakan yang direkrut adalah warga dan petani lokal setempat, lalu di Lampung dari petani-petani karet itu yang mengumpulkan biomassa, termasuk bonggol jagung untuk di Sumbawa, di Jawa Barat itu adalah sekam, di Kupang itu per bulan 100 ton mampu menyerap 530 orang mulai dari pengumpulan, pemrosesan, transportasi, loading on loading,” ujar Aris.

 

Comments are closed.