Jakarta, businessnews.co.id – Marketing + Media Alliance Indonesia (MMA Indonesia) meluncurkan Modern Marketing Reckoner (MMR) 2025 Annual Industry Report dalam sebuah invitation-only media gathering di EMTEK Hall, SCTV Tower, Senayan, Jakarta. Acara ini dihadiri kontributor dari berbagai brands, agencies, publishers, perusahaan telekomunikasi, serta penyedia teknologi periklanan dan pemasaran dalam jaringan anggota dan mitra MMA Indonesia, bersama perwakilan media. Peluncuran laporan tersebut menjadi momentum bagi industri pemasaran dan periklanan Indonesia dalam meninjau tren dan teknologi yang akan memengaruhi tahun 2026 dan seterusnya.
Dirilis setiap tahun, Modern Marketing Reckoner 2025 Industry Report menjadi panduan strategis bagi chairpersons, C-level executives, directors, founders, dan pimpinan bisnis dalam menavigasi ekonomi digital-first yang semakin kompleks. Laporan ini mencerminkan perubahan pemasaran dari eksekusi taktis menuju disiplin berbasis kecerdasan data, kreativitas, teknologi, dan tujuan jangka panjang.
Di Indonesia, pola perilaku konsumen berubah cepat seiring proyeksi pertumbuhan kelas menengah menjadi 135 juta orang pada 2030. Keputusan konsumen semakin dipengaruhi budaya, komunitas, dan keterlibatan real-time dibanding perjalanan penjualan linear. Brands perlu menghadirkan pengalaman yang personal dan relevan secara budaya di berbagai kanal, serta menguatkan kemampuan analitik, eksperimen, dan kreativitas modern yang menggabungkan data dengan wawasan lokal.
Kreativitas berorientasi purpose juga kian berperan dalam menciptakan nilai. Dengan pasar digital advertising Indonesia yang diperkirakan mencapai USD 4,27 miliar pada 2030, brands dengan storytelling autentik dan berkesadaran sosial menunjukkan kinerja lebih baik dibanding kampanye jangka pendek. Modern Marketing Reckoner 2025 mencatat bahwa brand equity jangka panjang kini bertumpu pada koneksi emosional, kredibilitas, dan kepercayaan.
Social platforms turut mempercepat pergeseran tersebut. Indonesia memiliki lebih dari 139 juta pengguna media sosial, dan 76% menyatakan shared creators memengaruhi keputusan pembelian mereka. Nilai social commerce mencapai USD 5,25 miliar pada 2025 dan terus bertumbuh melalui nano- dan micro-creators, livestreaming, serta format affiliate yang mendorong konversi. Perubahan pola media ini mencerminkan perkembangan pasar yang lebih luas.
Marketing Mix Modeling (MMM) juga semakin berperan ketika brands mencari keputusan investasi yang lebih presisi. Perusahaan pengguna MMM melaporkan peningkatan pendapatan, dan dengan penetrasi internet Indonesia yang telah melampaui 77%, akurasi pengukuran menjadi faktor penting di lanskap media yang semakin terfragmentasi.
The Reckoner menegaskan bahwa brands yang menjaga kepercayaan, merencanakan secara bertanggung jawab, dan berinovasi melalui wawasan budaya berada dalam posisi lebih kuat untuk bertumbuh di ekonomi digital yang berubah cepat.
Membuka sesi tersebut, Shanti Tolani, Country Head C Board of Director Marketing + Media Alliance Indonesia (MMA Indonesia), menyampaikan bahwa digitalisasi yang berkembang pesat di Indonesia mengubah cara brands beroperasi dan bersaing. Dengan nilai pasar big data yang diproyeksikan mencapai lebih dari USD 74 miliar pada 2030, pemasaran tidak lagi dapat bergantung pada eksekusi berbasis kanal, melainkan perlu membangun kemampuan untuk memanfaatkan data, menerapkan teknologi yang bertanggung jawab, dan membangun kepercayaan konsumen melalui pengalaman yang relevan dan berakar pada budaya. Ia juga menyoroti hadirnya AI sebagai fase evolusi berikutnya dalam pemasaran dan periklanan, yang mengubah cara brands merencanakan, mengoptimalkan, dan berinvestasi di tengah meningkatnya belanja iklan digital (digital ad spend) di Indonesia yang diperkirakan mencapai USD 3,2 miliar pada 2026. Sejumlah organisasi telah melaporkan dampak agentic AI dalam mempercepat siklus optimasi dan meningkatkan efisiensi biaya. The Reckoner mencatat bahwa potensi utama AI terletak pada kemampuannya memperkuat kreativitas, mempertajam penilaian strategis, dan memungkinkan personalisasi dalam skala besar, selama penerapannya dijalankan dengan transparansi, tanggung jawab, dan pengawasan manusia.
Dalam kesempatan tersebut, Rohit Dadwal, CEO Marketing + Media Alliance APAC (MMA APAC) dan Global Head of SMARTIES Worldwide, menyoroti evolusi global MMA seiring peralihannya menjadi Marketing + Media Alliance. Organisasi ini berkembang menjadi komunitas CMO dan pemimpin pemasaran senior yang berfokus pada peningkatan nilai yang dapat diciptakan fungsi pemasaran. Rebranding ini mencerminkan perluasan peran MMA sebagai aliansi strategis dalam membentuk cara brands memimpin, berinovasi, dan mencapai hasil bisnis melalui pemasaran transformatif dan responsible media. MMA juga menegaskan komitmennya dalam menyediakan kerangka kerja berbasis bukti, pembelajaran terapan, dan kolaborasi antar pemimpin industri.
Fika Novia Rahma Putri, Research and Partnership Coordinator MMA Indonesia, memaparkan temuan utama Modern Marketing Reckoner 2025 Industry Report Indonesia. Laporan tersebut memberikan pandangan berbasis data mengenai transformasi digital dan perubahan perilaku konsumen. Ia juga menyampaikan tren yang memengaruhi pemasaran Indonesia, seperti perkembangan AI, pentingnya data dan pengukuran, perubahan pengalaman pelanggan, meningkatnya nilai brand purpose dan kreativitas, serta pertumbuhan pesat social marketing yang digerakkan creators dan komunitas.
Sejalan dengan rebranding yang dilakukan, MMA Indonesia terus menekankan kerangka kerja berdasarkan data, pemberdayaan tenaga kerja, model inovatif, dan kolaborasi antar praktisi untuk meningkatkan kemampuan pemasaran dan periklanan dalam menciptakan nilai di tingkat organisasi dan industri.
Modern Marketing Reckoner 2025 Industry Report kini tersedia secara online dan berfungsi sebagai panduan komprehensif bagi para pemasar yang membutuhkan kejelasan serta keunggulan kompetitif di tengah perubahan industri.


Comments are closed.