Kerja Sama Indonesia – Inggris Tingkatkan Pasar Karbon dan Green Finance

Jakarta, businessnews.co.id – Serangkaian pertemuan strategis di Inggris menandai langkah penting Indonesia dalam memperkuat kolaborasi global di ekonomi digital, pembiayaan hijau (green finance), dan pasar karbon. Kunjungan ini juga menjadi ajang perkenalan resmi Indonesian Business Council (IBC) sebagai asosiasi bisnis sekaligus think-tank, sekaligus mengundang para mitra untuk menghadiri Indonesia Economic Summit (IES) 2026 di Jakarta pada 3–4 Februari 2026 bertema “Coming Together to Boost Resilient Growth and Shared Prosperity”.

Di Edinburgh, rangkaian kunjungan dimulai dengan SDG Hive panel, di mana William Sabandar, COO IBC, menjadi pembicara dalam sesi “Trump Effect and the Impact of ESG Financing” bersama Hans Stegeman, Chief Economist Triodos Bank. Pada pembukaan Global Ethical Finance Initiative (GEFI), ia juga menyampaikan keynote speech bertajuk “The Great Transition Challenge” dari perspektif ASEAN dan Indonesia. Ia menegaskan perlunya perbaikan arsitektur global dan menyoroti tiga arah transisi besar, multipolarisme geopolitik, ekonomi hijau–digital, dan transisi energi – iklim, seraya menekankan peran ASEAN sebagai laboratorium transisi.

Dalam hal ekonomi digital, Gross Merchandise Value (GMV) ekonomi digital Indonesia sudah menembus US$90 miliar pada 2024, tumbuh 13% dibandingkan tahun sebelumnya. Di sisi lain, sektor karbon juga bergerak cepat. Sejak peluncurannya pada 2023, IDXCarbon telah mencatat hampir 1,59 juta ton CO₂e dengan nilai transaksi sekitar Rp77,96 miliar hingga Agustus 2025. Dengan begitu, Indonesia berpotensi menjadi pusat ekonomi hijau-digital Asia Tenggara, menggabungkan pertumbuhan ekonomi digital yang inovatif dengan komitmen lingkungan jangka panjang.

Dalam kesempatan yang sama, IBC turut bertemu dengan jajaran GEFI, Dame Susan Rice dan Omar Shaikh, serta Founder dan CEO Equilibrium Futures, Andrew Mitchell, untuk menjajaki kolaborasi dalam memperkuat ekosistem ethical finance dan nature financing di Indonesia. IBC juga bertemu Claire Dorrian dari London Stock Exchange Group (LSEG) untuk membahas potensi pertukaran pengetahuan inovasi pembiayaan proyek karbon melalui Voluntary Carbon Market Designation LSEG.

Rangkaian kunjungan beralih ke London. Delegasi IBC berkesempatan untuk berdiskusi dengan H.E. Dr. Desra Percaya, Duta Besar Indonesia untuk Inggris, untuk memperkenalkan IBC sebagai asosiasi bisnis baru yang terdiri dari pemimpin industri Indonesia. Dalam pertemuan ini, dibahas juga peran IES 2026 dalam memperkenalkan Indonesia lebih jauh di ranah ekonomi global, serta pembaruan mengenai inisiatif IBC dalam advokasi kebijakan publik, riset ekonomi Indonesia, pendalaman sektor keuangan, serta pengembangan pasar karbon.

Isu transition finance juga diangkat dalam dialog dengan Moazzam Malik, Ketua Anglo-Indonesian Society dan mantan Duta Besar Inggris untuk Indonesia, dan UK-ASEAN Business Council mengenai peluang pendanaan hijau dan strategi transisi energi. Selain itu, Robin Burgess, Profesor Ekonomi dari London School of Economics, menyoroti tata kelola pasar karbon yang kredibel dan peluang kolaborasi riset, kebijakan, dan investasi. Diskusi bersama TheCityUK menekankan kerangka ekonomi digital dan pendalaman sektor keuangan dengan fokus pada regulasi, infrastruktur, dan integrasi praktik internasional untuk memperluas inklusi keuangan di Indonesia.

Dalam rangka hubungan bilateral, IBC bertemu dengan Bob Manning, Head of South East Asia Department, Department for Business and Trade, mengenai arah kebijakan dan peluang kemitraan strategis. Sementara itu, diskusi dengan Asia House menyoroti potensi pertumbuhan ASEAN dan Indonesia serta pergeseran ekonomi global menuju Asia, membuka peluang kolaborasi regional dan internasional.

Menurut William, rangkaian dialog di Inggris ini mempertegas posisi Indonesia sebagai mitra global. Kunjungan ini bukan hanya perkenalan IBC dan ajakan menuju Indonesia Economic Summit 2026. Melalui kunjungan ini, kami juga merencanakan UK-Indonesia Roundtable pada IES 2026 mendatang.

“Kunjungan ini juga kesempatan untuk menunjukkan bagaimana Indonesia membangun fondasi ekonomi masa depan: kerangka ekonomi digital yang kokoh, sistem keuangan yang semakin dalam dan berkelanjutan, serta pasar karbon yang kredibel dan terintegrasi dengan standar internasional,” tambahnya.

Indonesia Economic Summit (IES) 2026 ditargetkan menghadirkan lebih dari 1.500 pemimpin bisnis, pembuat kebijakan, dan pakar global, yang bersama-sama akan membahas strategi pertumbuhan tangguh dan berkelanjutan. “IES 2026 akan menjadi forum global untuk mengkonsolidasikan upaya Indonesia dan mitra internasional dalam mendorong pertumbuhan inklusif dan hijau,” tutup William.

Comments are closed.