Fenomena Window Dressing, Apa Pengaruhnya ke Reksa Dana?

JAKARTA, businessnews.co.id – Fenomena window dressing yang lazim terjadi di akhir tahun kembali menjadi sorotan di pasar keuangan. Tak terkecuali bagi pengelola dana, yang kerap menggunakan strategi ini untuk mempercantik kinerja portofolio mereka.

Tahun ini, produk investasi reksa dana, terutama yang memiliki portofolio saham blue chip, diprediksi akan terdorong oleh fenomena akhir satu ini.

Beberapa reksa dana indeks yang patut diperhatikan, antara lain misalnya Principal Index IDX30 Kelas O, Avrist Indeks LQ45, Trimegah FTSE Indonesia Low Volatility Factor Index Fund, dan Syailendra MSCI Indonesia Value Index Fund Kelas A. Portofolio saham blue chip dalam reksadana tersebut diyakini dapat memberikan dorongan signifikan mengingat dominasinya dalam pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) beberapa tahun terakhir.

Sentimen positif dari stabilnya yield obligasi AS dan outlook terhadap suku bunga Bank Sentral AS turut menjadi faktor kunci pergerakan saham di Indonesia, selain penguatan nilai tukar Rupiah dalam dua pekan terakhir. Secara historikal, biasanya para investor asing cenderung akan mulai masuk ke pasar saham Indonesia menjelang akhir tahun, terutama saat terjadi rebalancing pada indeks MSCI dan FTSE.

Faktor eksternal lainnya yang dapat memberikan dampak positif adalah stimulus dari pemerintah China. Pembiayaan tambahan tanpa agunan bagi sektor properti yang diberikan kepada 50 pengembang properti besar dinilai dapat membawa multiplier effect bagi permintaan komoditas ekspor Indonesia.

Diharapkan, hal tersebut dapat mendorong surplus neraca perdagangan dan pembayaran serta menciptakan dampak positif bagi kinerja perusahaan dalam negeri.

Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) pada Kamis (23/11/2023) sebelumnya telah memutuskan untuk menahan tingkat suku bunga acuannya sesuai dengan prediksi pasar. Gubernur BI menyatakan bahwa Indonesia mungkin tidak perlu menaikkan suku bunga lagi, namun pemangkasan suku bunga akan dilakukan dengan menunggu momen yang tepat.

Sementara itu, Surat Berharga Republik Indonesia (SRBI) yang dikeluarkan oleh BI terpantau cukup diminati pasar. Grafik SRBI dari berbagai lelang menunjukkan hasil yang positif, dengan permintaan terbesar pada tenor panjang.

Fenomena window dressing yang berlangsung di pasar keuangan diharapkan memberikan pengaruh positif terhadap kinerja reksa dana, khususnya reksa dana indeks saham yang memiliki portofolio saham blue chip.

Comments are closed.