The Fed Diprediksi Pangkas Suku Bunga Lebih Awal, Apa Dampaknya ke Investasi?
JAKARTA, businessnews.co.id – Para pelaku pasar memprediksi bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed) akan melakukan pemangkasan suku bunga lebih awal. Berbagai hal dianggap menjadi pertimbangannya, termasuk tingkat inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan.
“Para pedagang mulai memperhitungkan kemungkinan penurunan suku bunga lebih awal oleh The Fed setelah serangkaian pembacaan inflasi AS yang lebih tinggi dari perkiraan pada bulan Januari,” kata pengamat ekonomi, Ibrahim Assuabi dikutip Rabu (21/2).
Pada periode bulan pertama di tahun 2024, AS mencatatkan tingkat inflasi yang mencapai sebesar 3,1% (year-on-year/yoy). Meski lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya pada Desember 2023, inflasi Januari 2024 terpantau berada di atas konsensus pasar yang sebelumnya memperkirakan bahwa tingkat inflasi hanya 2,9% yoy.
Kenaikan inflasi AS pada Januari 2024 dikontribusi dari beberapa segmen, mulai dari inflasi pada bahan pangan sebesar 2,6% yoy, tempat tinggal sebesar 6% yoy, hingga jasa transportasi 9,5% yoy.
Ibrahim mengungkapkan, para pelaku pasar pun memperkirakan bahwa penurunan tingkat suku bunga yang akan dilakukan oleh The Fed sepanjang tahun ini sekitar 90 basis poin.
Secara umum, kondisi perekonomian AS yang tetap kuat menjadi salah satu katalis bagi bank sentral AS untuk memangkas suku bunga. kondisi tersebut berdampak terhadap stabilnya tingkat inflasi, yang menjadi salah satu parameter the Fed atas kebijakan suku bunganya.
Terkendalinya inflasi dapat menjadi cerminan dari kondisi perekonomian yang stabil. Harga barang dan jasa yang cenderung stabil atau naik dengan laju yang lebih lambat pada gilirannya dapat berdampak terhadap peningkatan daya beli konsumen.
Sementara untuk menjaga tingkat inflasi agar tetap terkendali di level rendah, tentu bank sentral akan cenderung menjaga kebijakan suku bunganya pada level yang rendah.
Jika pada akhirnya tingkat inflasi yang terkendali berujung pada ditekannya kebijakan suku bunga yang akomodatif oleh bank sentral, maka hal ini menjadi angin segar bagi instrumen investasi yang menawarkan imbal hasil optimal di Tanah Air, seperti reksa dana.
Comments are closed.