Kebijakan The Fed Diprediksi Dovish
JAKARTA, businessnews.co.id – Pelaku pasar memprediksi bank sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) cenderung akan menerapkan kebijakan moneternya yang bersifat dovish dengan menahan kenaikan suku bunga pada pertemuan (Federal Open Market Committee) FOMC bulan ini.
“Para pedagang cenderung membaca bahwa The Fed akan tetap mempertahankan kebijakan moneternya pada akhir bulan ini, sehingga membebani dolar,” terang Pengamat Ekonomi Ibrahim Assuabi kepada businessnews.co.id.
Pada Jum’at malam (2/9), tiga data pasar ketenagakerjaan AS telah dirilis. Meliputi data Nonfarm Payrolls (NFP), tingkat pengangguran, dan pertumbuhan upah. NFP pada bulan Agustus melesat menjadi 187 ribu, dibandingkan bulan lalu sebesar 157 ribu, serta berada di atas konsensus pasar yang memperkirakan NFP Agustus 2023 sebesar 170 ribu.
Pada periode tersebut, tingkat pengangguran di AS pada bulan Agustus tercatat paling tinggi di antara tujuh bulan pertama lainnya di tahun 2023. Tingkat pengangguran di AS pada Agustus 2023 tercatat sebesar 3,8%, berada di atas konsensus sebesar yang memperkirakan 3,5%.
Sementara itu, rata-rata pertumbuhan upah pada Agustus 2023 tercatat sebesar 0,2% secara month-to-month (mtm). Perolehan tersebut berada tipis di bawah ekspektasi pasar yang sebelumnya memperkirakan rata-rata pertumbuhan upah di Agustus 2023 bisa mencapai 0,3%.
Sederet data ekonomi terbaru yang dirilis ini kompak menunjukan adanya pelemahan pada pasar tenaga kerja di AS. Ibrahim mengungkapkan “Hal ini juga menambah kesan bahwa perekonomian AS sedang mendingin tanpa melambat secara tajam,” ungkapannya.
Lebih lanjut, ketiga data yang baru dirilis juga diyakini dapat meningkatkan peluang bagi The Fed untuk melakukan jeda kenaikan suku bunganya. Jika pada akhirnya data ekonomi AS tersebut berujung pada kebijakan The Fed yang dovish, hal ini tentu akan memberikan angin segar bagi pertumbuhan pasar investasi di Tanah Air.
Kebijakan bank sentral AS dovish, atau cenderung akomodatif terhadap pertumbuhan ekonomi dengan menjaga suku bunga pada level yang rendah menjadi katalis positif bagi kinerja sejumlah instrumen investasi di Indonesia, termasuk saham dan obligasi.
Comments are closed.