Rupiah Tembus Rp15.000, Pasar Menanti Pengumuman The Fed

 

Jakarta, Businessnews.co.id Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu (6/7/2022) ditutup melemah menjelang pengumuman notula rapat bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve dini hari nanti.

Rupiah ditutup melemah 5 poin atau 0,04 persen ke posisi Rp14.999 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.994 per dolar AS.

Rupiah pada pagi hari dibuka melemah ke posisi Rp15.023 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp14.993 per dolar AS hingga Rp15.039 per dolar AS.

Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Rabu melemah ke posisi Rp15.015 per dolar AS dibandingkan posisi hari sebelumnya Rp14.990 per dolar AS.

Tim Riset Monex Investindo Futures dalam kajiannya di Jakarta, Rabu (6/7/2022) dikutip dari Antara mengatakan pelemahan rupiah ini seiring penguatan dolar AS di tengah sikap optimistis pelaku pasar terhadap kebijakan moneter The Fed, menjelang pengumuman notula rapat The Fed malam nanti.

Kebijakan kenaikan suku bunga The Fed yang berpeluang sangat agresif mungkin akan tersurat pada pengumuman notula rapat The Fed pada Juni lalu yang akan dibacakan pada dini hari Kamis (7/7/2022).

Hal itu telah menopang dolar AS menguat dan menekan mata uang utama dan harga komoditas yang turun.

Rencana Gubernur The Federal Reserve Jerome Powell untuk meningkatkan tingkat suku bunga acuan sebagai upaya menekan inflasi yang terus meningkat di AS, telah diutarakan pada pertemuan diskusi panel bersama Presiden European Central Bank (ECB) dan Gubernur Bank of England (BoE) pada pekan lalu, yang terus menopang minat pasar terhadap dolar AS.

Dolar AS sendiri telah mengalami rally sejak November tahun lalu karena ekspektasi kenaikan suku bunga agresif oleh The Fed, yang baru saja mulai memenuhi harapan pasar.

Kenaikan dolar AS juga didukung oleh pasar obligasi yang memberikan peringatan bahwa ekonomi mungkin akan jatuh atau sudah jatuh ke dalam resesi, dan hal itu telah memicu investor untuk memborong aset aman dolar.

Pasar mengamati selisih atau spread pada kurva tingkat imbal hasil obligasi AS, atau perbedaan antara imbal hasil obligasi AS berdurasi lebih panjang dan imbal hasil berdurasi lebih pendek.

Lazimnya, imbal hasil dengan durasi yang lebih lama, seperti imbal hasil pada tenor 10 tahun lebih tinggi daripada imbal hasil dengan durasi yang lebih pendek, seperti pada imbal hasil dua tahun. Tetapi, imbal hasil 2 tahun saat ini telah meningkat di atas imbal hasil 10 tahun.

Namun penurunan tersebut berpeluang terbatasi di tengah oleh outlook pertumbuhan ekonomi yang diprediksi melambat.

Baca Juga: Rupiah Tembus Rp15.000, IHSG Dibuka Melemah

Comments are closed.