Perdana Menteri Sri Lanka Akui Negaranya Bangkrut

Jakarta, Businessnews.co.id Perdana Menteri Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe mengakui negaranya yang dulu makmur, kini memiliki utang lebih dari 50 miliar AS atau sekitar Rp750 triliun, dan diprediksi masuk ke dalam jurang resesi yang dalam tahun ini.

Hal itu dikatakan Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe kepada anggota parlemen di parlemen pada hari Selasa (5/7/2022). Dirinya mengakui Sri Lanka bangkrut dan menghadapi krisis ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Wickremesinghe mengatakan pembicaraan bailout negara kepulauan itu dengan Dana Moneter Internasional (IMF) bergantung pada penyelesaian rencana restrukturisasi utang dengan kreditur pada Agustus.

Dia mengatakan bahwa diskusi baru-baru ini dengan IMF memicu harapan, tetapi negaranya berada dalam situasi sulit lantaran statusnya yang berada dalam krisis ekonomi.

“Kali ini situasinya berbeda. Di masa lalu, kami telah mengadakan diskusi sebagai negara berkembang. Kami sekarang berpartisipasi dalam negosiasi sebagai negara bangkrut. Oleh karena itu, kami harus menghadapi situasi yang lebih sulit dan rumit,” katanya dikutip dari DW.

Wickremesinghe menjelaskan kemungkinan peta jalan untuk pemulihan dari krisis ekonomi terburuk Sri Lanka sejak merdeka dari Inggris pada tahun 1948.

“Karena keadaan kebangkrutan negara kita, kita harus menyerahkan rencana keberlanjutan utang kita kepada mereka secara terpisah. Hanya ketika (IMF) puas dengan rencana itu, kita dapat mencapai kesepakatan.”

Negara kepulauan yang berpenduduk 22 juta orang itu telah menderita inflasi selama berbulan-bulan. Masyarakat harus merasakan pemadaman listrik yang berkepanjangan lantaran pemerintah kehabisan mata uang asing untuk mengimpor barang-barang penting.

Pemerintah Inggris telah mengeluarkan peringatan agar tidak melakukan perjalanan ke negara kepulauan itu, dengan mengatakan negara itu mengalami “kekurangan kebutuhan dasar termasuk obat-obatan, gas untuk memasak, bahan bakar, dan makanan.”

Dengan utang lebih dari 50 miliar dolar AS kepada kreditur asing, Sri Lanka dengan cepat kehabisan bensin, obat-obatan, dan makanan. Bulan lalu, pemerintah Sri Lanka menjatah pasokan bahan bakar untuk layanan penting seperti transportasi, kesehatan dan pengiriman makanan dalam upaya untuk menghemat cadangan yang sudah sedikit.

Sekolah ditutup sepanjang minggu, dan pemerintah telah meminta karyawan yang tidak bekerja di layanan penting untuk tinggal di rumah.

Baca Juga: Negara Sri Lanka Bangkrut Akibat Tidak Mampu Bayar Utang

Comments are closed.