NCC 2024

Masa Pandemi, Okupansi Perkantoran Intiland Rata-rata Stabil

BusinessNews Indonesia – Walau pegawai perkantoran saat ini masih bekerja dari rumah (WFH), lantaran pandemi belum juga meredah, namun ketersewaan atau okupansi perkantoran PT Intiland Development Tbk (DILD) menunjukkan performa yang stabil.

hal ini disampaikan oleh Sekretaris Perusahaan DILD Theresia Rustandi menyampaikan, secara umum tingkat permintaan ruang kantor memang mengalami penurunan sejak pandemi Covid-19. Namun, tingkat okupansi perkantoran Intiland secara rata-rata masih cukup stabil.

“Kami terus berusaha untuk menjaga tingkat okupansi dengan memberikan relaksasi kepada para penyewa dan mencari terus potensi pasar penyewa baru,” ujarnya sebagaimana dilansir Kontan.co.id, (08/09/2021).

Dia mengungkapkan, tingkat okupansi perkantoran Intiland bervariasi, saat ini berkisar 55%-80%. Okupansi tertinggi di perkantoran South Quarter yang mencapai 80%, yang mana mayoritas tenant merupakan perusahaan multinasional.

Lebih lanjut Theresia ungkapkan bahwa masing-masing gedung perkantoran memiliki segmen dan target pasar yang berbeda. Intiland pun mencoba untuk masuk ke pasar yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing perusahaan, baik dari sisi lokasi, harga sewa, serta fasilitas yang disediakan.

Adapun saat ini DILD mengelola enam perkantoran yakni Intiland Tower di Jakarta, Intiland Tower Surabaya, South Quarter di Jakarta Selatan, Praxis, Spazio, serta Spazio Tower di Surabaya.

Hingga semester I-2021, bisnis perkantoran memberikan kontribusi pendapatan sebesar Rp 135,5 miliar. Nilai ini justru meningkat 26% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 107,5 miliar.

“Bisnis perkantoran memberikan kontribusi pendapatan usaha sekitar 12% dari keseluruhan. Target okupansi untuk masing-masing perkantoran berbeda-beda. Saat ini fokus kami adalah menjaga supaya tingkat okupansi tetap stabil dulu, sembari terus berusaha menambah tenant baru,” ungkap Theresia.

Pada tahun lalu, kontribusi pendapatan usaha dari ruang perkantoran sebesar Rp 210 miliar. Sedangkan untuk sisa tahun 2021, Intiland memproyeksikan tren pasar perkantoran belum banyak mengalami perubahan.

Theresia tak menampik, risiko penurunan kontribusi dari bisnis perkantoran tetap ada, karena tingkat kebutuhan mengalami penurunan dan pasokan ruang kantor juga cukup banyak.

“Di perkantoran yang kami kelola ada juga tenant yang keluar dengan berbagai pertimbangan, namun di sisi lain kami juga mendapatkan tenant baru. Kami cukup beruntung, kami memiliki tenant-tenant yang loyal,” sambung Theresia.

Baca juga: Penuhi Kebutuhan Pasar, Intiland Luncurkan Superblok Tierra

Baca juga: Di Tengah Pandemi, Intiland Bukukan Pendapatan Rp2,89 Triliun

Mengenai tren, Intiland melihat tingkat kebutuhan terhadap ruang perkantoran dengan ukuran kecil mengalami peningkatan. Theresia menyebut, pihaknya telah mengantisipasi tren tersebut dengan mengembangkan model perkantoran yang lebih dinamis seperti menyediakan fasilitas co-working space.

“Saat ini kami sudah memiliki tiga co-working space dengan nama Sub Co di Surabaya. Tipe perkantoran seperti ini tingkat okupansinya cukup bagus, secara rata-rata berkisar 85%-90%,” tutup Theresia. (ed.AS/businessnews.co.id).

Comments are closed.