NCC 2024

Utang Pemerintah Bertambah, Para Pakar Buka Suara

BusinessNews Indonesia– Berdasarkan rilis terbaru Kementrian Keuangan, posisi utang pemerintah per akhir Februari 2021 mencapai Rp 6.361 triliun atau naik Rp 128 triliun dari periode Januari 2021 yang berada di angka Rp 6.233 triliun.

Terkait hal tersebut, Yusuf Rendy Manilet, Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, menuturkan bahwa penambahan utang pemerintah relatif sulit terhindarkan di tengah kebutuhan belanja pemerintah demi memulihkan ekonomi dan kesehatan pasca pandemi terus mengalami peningkatan.

Peningkatan utang ini diprediksi masih akan terjadi khususnya di tengah proses pemulihan ekonomi baik pada tahun ini ataupun tahun depan.

“Yang tidak kalah penting sebenarnya bagaimana pemerintah mengeksekusi belanjanya untuk mendorong proses pemulihan ekonomi nasional,” kata dia.

Dalam keterangannya, Yusuf turut menekankan bahwa pemerintah perlu untuk memastikan realisasi belanja program pemulihan ekonomi nasional (PEN) karena anggaran PEN pun meningkat daripada pada sebelumnya.

“Seharusnya peningkatan ini juga diikuti dengan perbaikan realisasi PEN itu sendiri,” ungkapnya.

Di tempat lainnya, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira, mengutarakan bahwa pemerintah harus lebih waspada pada peningkatan utang seiring pertumbuhan sisi belanja pemerintah. Karena hal tersebut memiliki dampak berupa risiko capital reversal surat utang pemerintah.

“Fenomena ini dipicu oleh kenaikan imbal hasil Treasury AS, sehingga lebih menarik bagi investor asing. Kalau spread atau selisih yield SBN dan Treasury makin menyempit bisa jadi pemerintah bakal sulit cari pembiayaan baru ke depannya,” ungkapnya.

Baca juga: Uni Emirat Arab (UEA) Akan Investasi ke RI US$10 Miliar

Baca juga: Stok Beras Bulog Terus Naik Seiring Penyerapan Beras

Selain itu, ia mengatakan bahwa secara internal berpotensi menimbulkan crowding out effect atau perebutan dana likuiditas di pasar antara perbankan atau perusahaan swasta misalnya dengan pemerintah.

“Efeknya nanti bank akan lebih banyak parkir di surat utang ketimbang menyalurkan pinjaman. Deposan juga akan keluarkan dana di perbankan untuk masuk beli surat berharga negara (SBN). Tentu ini situasi yang menghambat pemulihan ekonomi,” tutupnya. (W/ZA)

Baca juga: Penuhi Kebutuhan Pasar, Intiland Luncurkan Superblok Tierra

Baca juga: Transjakarta Luncurkan Aplikasi TIJE Versi Baru yang Ramah Protokol Kesehatan

Comments are closed.